Aku cukup khawatir dengan ingatan-ingatan Stevi yang mulai kembali. Sejak awal aku tahu bahwa ini akan terjadi tapi yang aku takutkan adalah mental Stevi belum kuat dan itu akan membuat kondisi kesehatannya menurun. “Mas hari ini nggak usah jemput, aku mau di rumah soalnya udah mulai mau nulis lagi.” Sebuah pesan masuk ke ponselku. Dari Stevi dan itu membuatku mendesah. Padahal bertemu Stevi setiap hari sangat menyenangkan. Tapi aku juga tidak bisa memaksa jika memang Stevi tidak bisa. “Kamu yakin nggak papa?” Tanyaku mengingat keluarga om Han masih berada di sana. “Nggak papa kok mas, nanti jam makan siang aku ke Rumah Sakit kita makan siang bareng yah!” Balasnya cepat seperti biasa. Aku tersenyum lega, setidaknya hari ini akan bertemu Stevi sekalipun tidak pagi ini. “Ya sudah, telpo