Dua hari ini aku seperti orang gila. Sungguh aku tidak bisa meninggalkan tanggungjawabku pada pekerjaab karena menyangkut nyawa manusia, tapi di lain sisi aku juga ingin segera melarikan diri menyusul Stevi yang kemungkinan besar ada di Singapore. “Lo nggak pulang? Udah jam pulang. Pesawat lo jam delapan malem kan?” Ucapan Reynan membuyarkan segala pikiranku yang rumit. Kemudian aku menatap Arlojiku. Sudah pukul empat sore lebih. Hari ini jadwalku hanya sampai jam dua siang tapi aku mengerjakan beberapa pekerjaan karena aku akan mengambil cuti kurang lebih satu minggu mulai besok. “Iya Rey, semua masalah pasien udah gue kasih ke dokter Budi dan lo tahu kan apa yang harus lo lakukan?” Tanyaku sekali lagi sambil melepas jas putih milikku dan merapihkan kembali lengan kemejaku. “Lo nggak