Megi baru bisa tertidur menjelang tengah malam tadi. Perutnya yang besar membuatnya ngap dan tak menemukan kenyamanan saat berbaring. Namun, bukannya bablas terlelap hingga pagi, pukul dua dini hari ia kembali terbangun. Kali ini, penyebabnya nyeri hebat di pinggangnya. Posisi apapun yang dilakoni Megi, semua serba salah. Berbaring kiri masih sakit, berbaring kanan juga sama. Bersujud tetap saja nyeri. Terlentang sungguh tak nyaman. Bahkan duduk pun tak meredakan. Gerakan yang gelisah itu akhirnya membangunkan Gary. Ia bangun dan duduk, satu tangannya terulur mengusap lembut pinggang dan panggul Megi yang tengah duduk di sisi ranjang, membelakanginya. “Kenapa, babe?” “Sakiiit.” Gary sontak beringsut, duduk di samping Megi, memerhatikan raut muka sang istri. “Dari tadi ya sakitnya?”