“Saya … tadi melamar Megi, Om,” ujar Gary. Ia duduk di samping kiri Kresna, jemari di kedua tangannya saling terpaut, dan kepalanya menunduk. Megi sendiri duduk di samping kanan Kresna, menyandarkan kepalanya di lengan sang Paman. “Kamu menerimanya, Sweetie?” tanya Kresna pada Megi. “Iya, Om.” Kresna menarik napas panjang, menenangkan dirinya. “Om ga lihat ada cincin di jari manismu?” tanyanya kemudian, selembut mungkin. Megi mengangkat kepalanya, beradu pandang dengan tatapan hangat pria yang berparas sama dengan ayah kandungnya. Kedua mata Megi selalu menghangat setiap kali Kresna memandangnya seperti itu. “Kata Gary, kita pesan sama-sama, Om.” “Mmm … Om punya banyak kenalan dokter muda yang hebat, masih single. All over the world. Ga mau Om kenalin?” “Ngga, Om. Gary aja,