“Loh .... Kenapa kamu memanggil Damar dengan sebutan ‘Pak’, Sya? kalian menggunakan bahasa formal ketika mengobrol?” tanya Galang, memandang Damar dan Tasya dengan raut wajah heran. Tasya membulatkan mata, terkejut mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Galang, tapi dia berusaha menenangkan diri secepat mungkin. “Kita ada di kantor, Lang,” ucap Tasya, menekan nada bicaranya pada kata ‘kantor.’ Saat ini mereka tidak hanya bertiga. Ada Indah yang ikut serta mendengarkan pembicaraan mereka. Tidak mungkin Tasya menggunakan bahasa informal kepada Damar yang merupakan bos besar di perusahaan ini. Lagi pula Tasya dan Damar belum membuat kesepakatan dalam hal ini. Pertemuan dia dengan Damar dan Galang di lobi kantor benar-benar sesuatu yang tak terduga olehnya. “Benar juga sih. Tapi,