"Ya ampun, Sya .... Lo kenapa, sih?" tanya Amel dengan raut wajah bingung.
Tasya menyeret Amel setelah mereka berpisah dengan Galang dan Fani. Dia membawa sang sahabat ke tempat yang sepi di sekitar ballroom hotel.
"Elo tuh yang kenapa," sahut Tasya, kesal. "Kenapa lo bicara seperti itu di depan Fani?"
"Bicara apa?" tanya Amel, semakin bingung. Dia sepertinya tidak merasa membuat kesalahan ketika mengobrol dengan Fani dan juga Galang.
"Bicara tentang gue yang bisa mendapatkan laki-laki yang lebih tampan dari Galang," kata Tasya, menjelaskan.
"Loh .... Memang iya, kan? Kalau lo mau, lo bisa mendapatkan laki-laki yang lebih tampan dari Galang, Sya," kata Amel, menimpali.
Tasya berdecak. "Tapi ucapan lo membuat Fani berpikir kalau sekarang gue udah memiliki pacar, Mel," ujarnya geram.
"Memang sekarang lo belum punya pacar, Sya?" tanya Amel, dengan raut wajah penasaran.
"Menurut lo?" Tasya balik bertanya, gemas. "Lo tahu sendiri selama ini gue nggak memiliki pacar," ujarnya menambahkan.
Amel melongo. "Jadi, yang lo ucapkan di depan Galang dan Fani tadi hanya kebohongan, Sya?" tanyanya memastikan.
"Tentu saja, Mel. Gue nggak mau Fani meremehkan gue dan terus menuduh kalau gue belum move on dari Galang," terang Tasya.
"Tapi, tadi lo bilang akan mengenalkan pacar elo kepada mereka, Sya. Kalau lo belum memiliki pacar, siapa laki-laki yang akan lo kenalkan sebagai pacar kepada mereka berdua?" tanya Amel, heran sekaligus bingung.
"Entahlah," sahut Tasya, mengangkat kedua bahunya. "Gue bisa berbohong lagi kalau pacar gue nggak jadi ke sini. Jadi, gue nggak perlu mengenalkan seorang laki-laki kepada mereka," ujarnya menjelaskan. "Lagi pula setelah acara ini berakhir, gue nggak akan pernah bertemu lagi dengan Galang ataupun Fani. Jadi, mereka nggak bisa menuntut gue untuk mengenalkan pacar gue."
Amel menggelengkan kepala mendengar rencana Tasya. "Terserah lo aja, Sya. Gue nggak mau ikut campur," ujarnya mrngakhiri pembicaraan mereka.
oOo
"Mar, lo beneran bawa wanita ke acara malam ini?" tanya Alfin, menatap Damar dengan raut wajah penasaran.
Saat ini mereka bertiga berada di luar ballroom hotel. Alfin sengaja mengajak Damar dan Geri ke luar ruangan untuk mencari tahu kebenaran dari ucapan Damar sebelumnya.
"Ya enggak lah .... Sejak kapan gue bawa wanita ke acara yang gue hadiri," ujar Damar, menyangkal.
Alfin dan Geri melotot mendengar perkataan Damar.
"Serius lo? Jadi, ucapan lo di dalam tadi hanya bualan semata?" tanya Geri, menggelengkan kepala tak percaya.
"Iya. Gue nggak mau jadi bulan-bulanan mereka karena ketahuan datang sendiri ke acara Reuni SMA ini, Ger," kata Damar, menjelaskan.
Hal inilah yang membuat Damar malas datang ke acara Reuni SMA. Selain teman-temannya yang suka pamer kekayaan dan kesuksesan, mereka juga suka memamerkan pasangan masing-masing. Dan orang yang tidak membawa pasangan atau ketahuan belum memiliki pacar akan menjadi korban ejekan teman yang lainnya selama acara berlangsung.
Damar tidak mau menjadi salah satu korban itu. Egonya sebagai laki-laki membuat dia lebih memilih berbohong daripada mengakui kesendiriannya.
"Tapi lo bilang akan mengenalkan pasangan lo kepada mereka, Mar," kata Alfin, mengingatkan.
"Gue tahu. Gue tinggal bilang kalo kekasih gue nggak mau berkenalan dengan mereka dan memilih pulang lebih dulu," kata Damar, menimpali.
Alfin dan Geri saling berpandangan mendengar penuturan Damar.
"Terserah lo aja, Mar. Lo yang mulai, lo sendiri yang harus menyelesaikannya," ujar Alfin.
Damar terdiam. Ya. Dia yang telah memulai kebohongan ini. Jadi, dia juga yang harus mengakhirinya.
oOo
Tasya memijit pelipisnya sambil menghela napas panjang. Dia bersandar pada dinding toilet di bagian ballroom hotel tempat berlangsungnya acara Reuni SMA.
Setelah berbicara dengan Amel, Tasya dan sang sahabat kembali masuk ke dalam ballroom hotel untuk bergabung bersama teman-teman mereka. Tasya terkejut ketika teman-teman mereka menanyakan tentang kekasihnya. Dia tidak menyangka kalau Fani akan memberi tahu teman-teman mereka kalau Tasya akan mengenalkan sang kekasih kepadanya.
Tasya beralasan kalau sang kekasih belum tiba di hotel ini. Dia kemudian berpamitan kepada teman-temannya untuk menelepon sang kekasih dan menanyakan keberadaannya sekarang.
Kini, Tasya bingung harus melakukan apa. Sepertinya rencana yang telah ia susun tidak akan berhasil. Teman-teman Tasya pasti akan curiga bila dia tidak membawa seorang laki-laki untuk dikenalkan sebagai sang kekasih kepada mereka. Tasya akan menjadi bulan-bulanan mereka jika ketahuan berbohong.
Rasanya Tasya ingin kabur dari tempat ini sekarang juga. Dia merutuki kebodohannya yang telah berbohong kepada Fani dan Galang. Tasya menjadi pusing sendiri akibat kebohongan yang dilakukannya.
oOo
Damar mengusap wajahnya, kasar. Dia menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi. Wajah Damar terlihat kusut dengan rambut yang berantakan.
Damar sedang kebingungan saat ini. Teman-temannya meminta dia untuk segera mengenalkan sang kekasih kepada mereka. Damar bingung harus berbuat apa. Dia memilih menyingkir dan berpamitan ke kamar mandi.
Damar tidak mungkin menjilat ludahnya sendiri. Dia sudah terlanjur berjanji akan mengenalkan pasangan yang ia bawa malam hari ini. Damar tidak bisa mengatakan kalau sang kekasih telah pulang terlebih dahulu karena tidak ingin dikenalkan dengan teman-temannya. Mereka pasti tidak akan percaya dan akan langsung menuduh Damar telah berbohong.
Damar menghela napas panjang. Dia akan meminta bantuan kepada Alfin dan Geri. Mereka berdua memiliki banyak teman wanita. Siapa tahu ada salah satu wanita yang bisa membantu Damar untuk menjadi kekasih pura-puranya malam hari ini.
Damar menyalakan kran air pada wastafel di hadapannya. Dia membasuh wajah agar terlihat lebih segar. Setelah mengeringkan wajah menggunakan tisue yang tersedia di toilet, Damar kemudian merapikan rambutnya agar terlihat lebih rapi. Damar keluar dari toilet setelah memastikan penampilannya tidak berantakan.
Damar melangkah dengan terburu-buru. Acara Reuni SMA Pelita Buana sudah separuh jalan. Damar harus segera mengenalkan wanita yang menjadi kekasihnya sebelum acara ini berakhir.
Damar mencari kontak nama Alfin di handphone-nya. Dia akan menelepon sang sahabat agar menemui ia di depan ballroom hotel. Damar yang terlalu fokus pada handphone di tangannya menabrak seseorang ketika berbelok di tikungan.
Suara orang jatuh dan mengaduh kesakitan terdengar menyapa gendang telinga Damar. Dia segera mengalihkan pandangan dari handphone di tangan, lalu menatap seorang wanita yang jatuh di depannya.
"Sorry, gue nggak sengaja. Gue lagi terburu-buru, jadi—"
"Pak Damar."
Damar menghentikan ucapannya saat mendengar wanita yang terjatuh di depannya ini menyebut nama dan memanggil dirinya dengan sebutan 'Bapak'. Damar merasa heran karena orang-orang yang mengenal ia di tempat ini hanya memanggil namanya saja tanpa embel-embel apa pun.
"Kamu mengenal saya?" tanya Damar, menunjuk dirinya sendiri. Dia mengubah kalimatnya dengan bahasa yang lebih formal setelah mendengar panggilan wanita itu.
oOo