Zahra menarik napas panjang lalu menghentak keluar. Ia ulang beberapa kali sebelum kemudian tangan kanannya terangkat--mengetuk pintu di depannya tiga kali. “Masuk!” Oh … Zahra mengusap dadanya mendengar suara keras dari dalam ruangan. “Cepetan Zahra. Kamu bikin salah apa sampai bos marah? Cepetan balik. Temui dia.” Zahra menghembus pelan napasnya mengingat apa yang Nonik katakan melalui sambungan telepon. Pelan, Zahra mendorong daun pintu. Wanita itu melongok sebelum akhirnya menarik langkah kaki ke depan begitu melihat tatapan tajam penghuni ruangan. Kira-kira ada masalah apa? Berpikir Zahra … berpikir. Sebelumnya Naka menyukai sample makanan itu. Pekerjaan apa yang kira-kira membuat pria itu tidak puas padanya? Sambil melangkah pelan, Zahra mencoba memutar isi kepala. Namun, dia sa