“Bukan untuk Kala atau Dewa. Tapi, untuk Naka.” Mulut Alka yang terbuka kembali tertutup ketika mendengar sang istri menyambut kedatangan salah satu tamu mereka. “Selamat datang di rumah kami, Zahra. Ayo, masuk. Maaf ya, rencana kamu pulang ke Semarang jadi tertunda. Oh, iya. Ini suami Tante. Tara bilang kalian sudah pernah bertemu.” Naya tersenyum senang. "I-iya, Bu. Selamat pagi, Bapak,” sapa sopan Zahra pada pria yang menatapnya lekat. Zahra tersenyum sungkan. Merasa mungkin ada yang salah dari penampilannya, atau mungkin sang tuan rumah tidak menghendaki kedatangannya. Naya menoleh kemudian menyenggol lengan sang suami yang tampak masih menatap lekat Zahra. Naya mengedik ke arah Zahra begitu sang suami menoleh ke arahnya. “Oh … iya. Selamat pagi, Zahra. Istri saya sudah menunggu k