“Tidak ada makan malam kalau Mas masih marah sama aku,” ujar Zahra sambil menahan d**a sang suami yang sudah berada di atasnya. Kedua tangan pria itu mengungkung pergerakannya. Zahra mengatur tarikan dan hembusan napas sepelan mungkin. Berusaha untuk menenangkan sesuatu yang sudah bergejolak begitu Naka menyerang bibirnya beberapa saat lalu. “Ayolah,” pinta Naka terdengar merengek di telinga Zahra. “Bilang dulu sudah tidak marah.” Sial, batin Naka. Dia tidak bisa menahan nafsunya lebih lama lagi. “Oke. Aku maafkan sekali ini. Jangan diulang lagi.” Zahra tersenyum lebar. “Sudah bisa kan, sekarang?” tanya Naka seraya menahan nafsu yang sudah meledak-ledak. Kepala Naka sudah bergerak mengikis jarak diantara mereka saat Zahra kembali menahannya. “Apa lagi sekarang? Sudah tidak tahan ini,