Ardan masih menatap layar ponselnya yang gelap, berharap ada notifikasi masuk dari Neva. Namun, menit demi menit berlalu tanpa ada balasan. Ia menghela napas pelan. “Apa Neva sudah tidur ya?” gumamnya, mencoba menenangkan rasa kecewa yang perlahan merambat. Padahal niatnya sederhana saja, ingin mengajak Neva keluar sebentar, sekadar minum kopi di kafe baru yang letaknya tak jauh dari rumahnya. Ia tahu, akhir-akhir ini Neva terlihat murung dan sering menyimpan sesuatu di balik senyumnya. Ia hanya ingin memberikan ruang bagi Neva untuk bernapas, mengalihkan pikirannya walau sebentar saja. Tangannya sempat bergerak untuk menekan tombol panggilan, tapi segera ia urungkan. “Kalau dia benar-benar tidur, aku malah akan mengganggu,” pikirnya lirih. Ia tahu Neva tipe orang yang sering memendam m