“Neva, nanti malam bila kamu free, kamu bisa hubungi aku kalau kamu mau keluar ke kafe baru itu denganku,” ucap Ardan sekali lagi, suaranya penuh harap meski dibuat terdengar santai. Langkah Neva sempat melambat mendengar ajakan itu. Hatinya berdesir, ada rasa ragu sekaligus aneh yang menjalari dirinya. Ia tahu Ardan hanya bermaksud baik, ingin menemaninya agar tidak larut dalam kesedihan yang diam-diam ia tanggung. Namun tetap saja, ajakan itu membuatnya gamang. Dengan cepat ia menoleh, menatap sekilas pria itu yang masih berdiri di pintu ruang teknisi dengan wajah penuh harapan. Senyum kecil pun akhirnya terbit di bibir Neva. Ia tak ingin mengecewakan Ardan dengan penolakan langsung, meski dirinya sendiri masih belum tahu apakah sanggup keluar malam nanti. Neva lalu mengangkat tangan,