Sekejap wajah Vartan berubah pucat. Pesan dari ibunya ternyata sudah terbuka, padahal ia belum sempat menyentuhnya sejak tadi pagi. “Apa… Neva sudah baca ini?” pekiknya dalam hati, nyaris kehilangan kendali. Jantungnya berdetak tak karuan. Bayangan wajah Neva membaca pesan itu, lalu mencoba menyembunyikan keterkejutan dengan senyum palsu, membuatnya merasa seperti orang paling jahat di dunia. Bagaimana perasaan Neva saat tahu ia harus fitting baju pengantin dengan Diana? Bagaimana luka itu ditanggung sendirian, sementara ia duduk di kursi pengemudi, seolah tak terjadi apa-apa? “Bo-doh! Kenapa aku sampai lengah?” Vartan menggeram, memukul ringan setir mobil dengan kepalan tangannya. Rasa panik bercampur penyesalan memenuhi pikirannya. Ia tahu Neva wanita yang tegar, tapi juga rapuh jika