Cacian yang mengesankan
Selamat membaca
5 tahun yang lalu, Tuan Marioline menikahkan Bryan dengan Miley sebagai bentuk balas budi karena telah menolongnya.
Namun, kahidupannya yang dulu masih seperti sama sekarang, dia adalah pemuda yang miskin hingga menuai berbagai cacian dari orang-orang terutama keluarga Marioline kecuali istrinya yang memperlakukannya dengan dingin.
Kondisi itu semakin bertambah besar sejak Tuan Tua Marioline meninggal. Terlepas dari apa yang dia dapatkan, Bryan bahkan tidak tergoda untuk melayani mereka sehingga dia mampu bertahan tinggal di rumah keluarga Marioline.
Malam ini adalah hari besar bagi tetua Marioline karena usianya telah mencapai 70 tahun. Oleh karena itu, Nyonya Marioline menggelar pesta untuk merayakan kebahagiaannya bersama para anak, menantu dan cucu.
Vila Marioline didecor dengan bunga-bunga dan penerangan yang indah. banyak hadiah yang terlihat di sana, para cucu-cucunya tampak begitu antusias saat memberikan hadiah ulang tahun kepadanya.
Wanita tua itu tampak tertawa bahagia bersama keluarganya saat melihat berbagai hadiah. Tiba-tiba suara seseorang terdengar dengan antusias.
“Nenek, Lihatlah jam permata yang aku bawakan. Ini adalah barang yang sangat langka dan mahal. Apakah kau menyukainya?" Pria itu berkata ketika dia membuka sebuah kotak di tangannya dan tampak sebuah jam permata dari rubi yang bersinar. Itu memang barang yang langka dan menjadi incaran Nyonya Marioline.
Orang-orang tertegun menatap jam permata itu. Demikian juga dengan Nyonya tua itu.
Tentu saja, dia sangat menyukainya dengan begitu dia menanggapinya dengan anggukan yang anggun.
Kemudian, dia mengambil jam itu dan memandangnya tak jemu-jemu. Tanpa menunggu waktu yang lama, wanita tua itu langsung memasangkan arloji itu di pergelangan tangannya.
Detik berikutnya, seseorang yang lainnya berkata dengan bangga padanya, “Nenek, satu set perhiasaan ini adalah motif terbaru. Aku membelinya untukmu dengan harga $2 juta.”
Wanita tua itu mengangguk dan menyeringai dengan senang.
Di sisi lain, Bryan mengerutkan keningnya saat dia memikirkan kondisi kesehatan Paman Albert.
Pasalnya, pihak rumah sakit menghubunginya agar segera melakukan tindakan operasi mengingat kondisi ginjal Paman Albert sangat kritis. Tentu saja, tindakan itu membutuhkan biaya yang sangat besar.
Oleh karena itu, Bryan merasa bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk meminta pinjaman karena dia pikir Nyonya Marioline akan berbaik hati untuk meminjamkan padanya. Dengan begitu, dia melangkah maju dan berdiri dua langkah di depannya.
“Nenek, bolehkah aku meminjam uang $3 juta ? Paman Albert mengidap penyakit ginjal. Dia membutuhkan uang untuk biaya pengobatannya.” Suara Bryan terdengar kemudian.
Seluruh keluarga Marioline terpana karena kaget. Semua orang menatap Bryan dengan tajam. Menantu yang tinggal di rumahnya terlalu berani untuk buka mulut dan tidak memberikan hadiah.
Yang mengejutkan adalah ketika wanita tua itu terdiam sebelum dia tertawa dengan wajah yang gelap.
Detik berikutnya, dia dengan cepat menunduk setelah dia menjatuhkan minuman di tangannya dengan murka.
“Bryan, kau di sini untuk merayakan ulang tahunku atau untuk meminjam uang?” Suaranya yang kasar terdengar saat dia menanggapinya dengan nada yang kesal.
Menyadari sang Nenek marah pada suaminya, Miley bergerak cepat ketika dia menarik Bryan ke samping.
Kemudian dia berkata pada wanita tua itu, “Nenek, Bryan tidak tahu apa-apa. Jadi, jangan marah padanya.”
Sementara, wanita yang berdiri berseberangan dengan Miley saat ini mencibir ketika dia meremehkan Bryan, “Kakak, lihatlah benalu di pernikahanmu! Wilson dan aku baru saja bertunangan. Belum menikah saja, Wilson sudah memberikan hadiah mewah untuk Nenek. Lihat suamimu bahkan tidak membawa hadiah apapun dan dia masih mau meminta pinjam uang dengan nenek!”
Wanita itu bernama Aline, dia adalah sepupu Miley. Berdiri di samping Aline, pria yang berasal dari keluarga kaya dengan julukan Tuan Muda ini menyeringai dingin dengan tatapan yang menghina.
Pria itu bernama Wilson. Dia segera menimpalinya dengan sombong, “Itu benar sekali. Dia bahkan gagal menjadi cucu tertua."
Jauh di dalam hati Wilson, dia sebenarnya lebih menaruh hati pada Miley dari pada tunangannya. Pasalnya, kecantikan Aline di bawah kecantikan Miley.
Selain itu, gadis yang bernama Miley adalah primadona di negaranya. Merasa tidak bisa mendapatkan apa yang dia dapatkan, maka menatap Bryan, membuat amarahnya semakin membesar.
Oleh karena itu, dia dengan sengaja melampiaskan amarahnya pada hari ini ketika dia berkata dengan kasar, “Mengapa keluarga Marioline masih menerimanya? Bukankah dia adalah sampah yang tidak berguna?"
“Itu benar! Karena dia hanya bisa membuat keluarga kita menjadi malu!” Seseorang membenarkan pernyataan itu.
“Tadinya aku pikir ini hanya mimpi tapi kenyataannya dia memang meminta uang dengan Nenek. Sungguh dia tak tahu malu!”
Orang-orang tidak berhenti menghinanya hingga Bryan menuai banyak cacian saat ini.
Dia menekan amarahnya saat mengepalkan tangannya diam-diam. Perasaan untuk melayangkan tinju pada Wilson terbesit di dalam hatinya tetapi ini bukan waktu yang tepat.
Selain itu, dia mengingat pesan ayahnya. Pasalnya, ayahnya pernah berkata bahwa bersama kesulitan ada kebahagiaan.
Jika tidak mendesak, Bryan enggan meminjam uang pada Lady Marioline. Tentu saja, dia memilih untuk pergi dari kemegahan palsu.
Namun, Bryan mengabaikan cemohan dari sepupu istrinya dan dia berkata dengan tenang, “Nenek, uangmu tak akan habis jika kau memberi pinjaman untukku. Justru Tuhan akan memberkati hidupmu karena kau dianggap melakukan kebaikan.”
Ucapan bijak Bryan dinilai telah merendahkan Nyonya Marioline hingga memanaskan hati seorang pria yang bernama Hery.
Wajahnya yang tampan menyeringai dengan arogan itu mendengus kesal ketika melihat keberanian Bryan saat ini.
Pria itu berkata dengan geram, “Bryan! Jangan merusak pesta ini! Jangan melibatkan kami dalam urusanmu. Pergilah dari sini!"
Pria yang bernama Hery itu adalah kakak Aline jadi, sangat wajar jika mereka memiliki tempramen yang sama arogan dan sombong.
Keduanya tidak segan untuk melontarkan perkataan kasar hingga meremehkannya sepanjang hari.
Sebagai seorang istri dari Bryan, Miley berusaha membantu menengahi permasalahan ini. Oleh karena itu, dia berkata dengan lembut saat dia menatapnya, “Nenek, Bryan kehilangan orang tuanya saat berusia 10 tahun. Paman Albert menggantikan peran orang tuanya. Dia hanya membantunya untuk membalas budi Paman Albert. Tolong bantu dia.”
Wanita tua itu mengerutkan bibirnya sebelum suaranya keluar, “Oke. Aku akan membantunya jika dia menceraikanmu agar Gery bisa segera menikahimu.”
Ruangan itu menjadi hening hingga seorang pelayan datang dan memecahkan keheningan saat dia berbicara, “Permisi Nyonya, ada paket hadiah untuk Anda."
“Hadiah?” Wanita tua itu menyeringai dengan senang saat dia mengulang kata yang diucapkan ole pelayannya.
Setelah jeda sesaat, pria itu melanjutkan, “Ya, hadiah berupa mobil mewah.”
Sudut bibirnya terangkat ketika dia bangkit dan berbicara, “Baiklah aku akan pergi melihatnya.”
Ketua pelayan bergegas mengiring Nyonya Marioline menuju teras rumahnya.
Seperti kawanan lebah, keluarga Marioline juga ikut keluar untuk melihat. Matanya berbinar begitu dia melihat mobil itu. Dengan langkah yang cepat Lady Marioline mendekati mobil itu.
“Ini sangat langka dan aku menyukainya. Seandainya kau bisa menjadi cucu iparku, aku akan benar-benar bangun dari mimpiku!” Wanita tua itu mengusap bagian depan dari mobil itu saat dia mengungkapkan kesukaan terhadap hadiah itu.
Pasalnya, dia menginginkan mobil itu sejak lama tetapi harganya yang mahal membuat edisi barang itu menjadi terbatas.
Itu hadiah pemberian Gery untuknya. Tentu saja, Nyonya Marioline mengetahui tujuan Gery. Karena pria itu menyukai Miley tetapi sayangnya wanita itu sudah menikah.
Setelah itu, Nyonya Marioline mengalihkan tatapannya ke arah Miley lalu dia berkata, “Apakah kau ingin mempertimbangkannya?”
Gadis yang berdiri di dekat Bryan saat ini menggelengkan kepalanya sebagai tanggapannya. “Maaf Nenek, aku tidak akan bercerai dari Bryan.”
Ekpresi wajah Nyonya Marioline berubah marah dan mengutuk, “Jangan pernah menunjukan wajahmu di depanku jika kau harus bertahan dengan benalu ini! Biarkan benalu ini keluar dari rumahku! Dia tidak diijinkan untuk menjamu tamuku di ulang tahunku!”
Bryan sangat kecewa dengan perlakuan Nyonya Marioline dan keluarga itu. Dia berbalik untuk menatap istrinya saat dia berkata, “Miley, aku akan pergi menjenguk Paman Albert di rumah sakit.”
Wanita muda itu mengangguk sebelum dia berkata, “Kalau begitu aku juga ikut.”
Ekpresi Nyonya Marioline berubah menjadi semakin gelap. Sorotan matanya tampak seperti pisau dan dia seperti serigala yang siap menerkam mangsa. Tatapannya sangat menakutkan.
Dia berkata dengan dingin, “Jika kau berani ikut dengannya, aku tidak akan menjadikanmu sebagai cucu perempuan di masa depan! Bawa orang tuamu bersama benalu ini dari rumahku."
Karena tidak ingin mempersulit istrinya, dia berkata pada Miley, “Tetaplah di sini, jangan khawatirkan aku.”
Miley hanya bisa mengangguk sebagai responnya. Setelah itu, Bryan berbalik dan bergegas melangkah keluar ketika deru tawa terdengar yang diiringi dengan cacian, “Kasihan... Dia pergi dengan keadaan lapar. Mengapa dia tidak pergi mengemis untuk mendapatkan uang membeli makanan? Aku punya koin untukmu.”
Kemudian, dia melemparkan koin ke arah Bryan. Seluruh keluarga Marioline tertawa terbahak-bahak. Tetapi, Bryan mengabaikannya dan meninggalkan vila itu tanpa menoleh ke belakang.
Begitu Bryan tiba di rumah sakit, dia langsung pergi ke bagian administrasi untuk meminta perpanjangan waktu pembayaran biaya pengobatan Paman Albert.
Namun, mereka mengatakan bahwa Paman Albert telah dipindahkan ke rumah sakit terbaik di kota itu. Bryan tertegun karena kaget saat ucapan mereka terdengar.
Dia mengerutkan keningnya saat dia bertanya dengan ekpresi bingung tampak di wajahnya, “Berapa biayanya? Aku akan berusaha mendapatkannya.”
Petugas administrasi itu mengerutkan bibirnya sebelum dia menjawab, “$4 juta.”
Setelah jeda sesaat, petugas itu melanjutkan, “$2 juta sudah dibayarkan dan tinggal 2 juta $ sisanya.”
Karena diliputi dengan rasa penasaran, Bryan tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya, “Siapa yang membayarnya?”
Pihak administrasi itu menggelengkan kepalanya dan berkata, “Saya juga tidak tahu.”
Bryan tenggelam dalam pikirannya ketika dia bertanya-tanya siapa yang telah membayar biaya pengobatan Paman Albert.
Ketika kebingungan melandanya, tiba-tiba bayangan seseorang memantul hingga tampak ke depannya. Begitu dia menoleh, dia mendapati seorang lelaki berstelan jas berwarna coklat berdiri di belakangnya.
Pria itu membungkuk dengan hormat sebelum berkata, “Tuan Muda, Anda telah menderita selama bertahun-tahun.”
Bersambung