Nadira memacu mobilnya dengan kecepatan penuh menuju Jakarta. Pukul dua dini hari, Nadira mendapat telepon dari rumah sakit yang memberitahukan keadaan Saka yang tiba-tiba mengalami kejang-kejang. Hal itu pula yang membuat Nadira nekad mengendarai mobilnya sendiri di pagi buta. Subuh Nadira baru tiba di rumah sakit, ia segera keluar dari mobil. Berlari tergesa-gesa memasuki rumah sakit, langkah lebarnya kian terasa berat saat Nadira berlarian di koridor. Pikirannya berkecamuk ketika sang mama memberitahu kalau Saka akan sedang dioperasi, kemungkinan-kemungkinan buruk itu terus berkeliaran di dalam kepalanya. Bagaimana jika Saka tak tertolong? Bahkan membayangkannya saja nyaris membuat Nadira menggila. Nadira tak tahu akan seperti apa dirinya tanpa Saka di sampingnya. Mungkin hidup Na