Sinar matahari menembus masuk melewati celah horden yang tersingkap. Silaunya mengusik Kay yang tengah tertidur pulas. Kay menggeliat, merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Ia menguap, matanya perlahan mulai terbuka. Kay menghela napas, senyumnya merekah ketika memandangi langit-langit kamarnya. Tidurnya semalam benar-benar nyenyak dan itu semua berkat Arsen. Entah mantra apa yang digunakan pria itu, rasanya saat tidur dalam dekapan Arsen terasa begitu hangat hingga matanya mudah sekali untuk terpejam. Tapi, ngomong-ngomong Arsen ke mana? Kay menoleh ke samping tempat tidurnya, kosong. Kay mengedarkan matanya ke segala arah, tapi tak ada Arsen di kamarnya. Sepertinya pria itu tidak tidur di sini, jadi dia bohong? Teringat jelas janji Arsen semalam. "Jangan diam-diam pergi."