“Bawa aku.”
“Tidak, Igor!” Jennifer berteriak nyalang.
“Bawa aku, Sergei!” Igor bersikeras.
“Igor, tidak.” Jennifer menggeleng putus asa, matanya berkaca-kaca. “Jangan, Igor. Jangan menyerahkan diri.”
Sergei tertawa terbahak-bahak. “Wah, wah, apa aku sedang menonton drama percintaan sekarang?”
“Jangan banyak bicara, Sergei! Kamu menginginkanku, bawa aku tapi dengan syarat jangan sentuh dia dan semua anak buahku. Urusanmu hanya denganku,” ucap Igor mantap.
“Igor, aku mohon… jangan.” Jennifer sudah hampir menangis. Ia sanggup bertarung berjam-jam, menahan sakit karena luka di sekujur badannya, tapi ia takkan sanggup melihat Igor menjadi tawanan Sergei. Tidak dengan resiko Sergei akan membunuh Igor dengan mudah.
Igor menatap Jennifer lamat-lamat. Dadanya terasa ngilu. Tapi inilah konse
