Suasana ruang kunjungan penjara terasa sunyi, meski beberapa meja lain diisi oleh tamu dan narapidana yang saling berbicara dalam bisikan. Kiano duduk di balik meja kunjungan, dipisahkan kaca tebal dan lubang suara kecil dari logam bundar. Seragam oranye lusuh melekat di tubuhnya, dan rambut yang mulai tumbuh acak. Kedua tangannya terlipat di atas meja logam, jarinya sesekali mengetuk pelan tanpa sadar, menandakan gelisah yang coba dia sembunyikan. Tatapannya tajam, tapi mata itu tak bisa sepenuhnya menutupi gengsi yang mulai terkikis oleh rasa bersalah. Dia menoleh cepat saat melihat sosok Edgara memasuki ruangan. Langkah Edgara mantap, wajahnya datar, tapi dingin yang menyelinap dari sorot matanya membuat Kiano menelan ludah pelan. Dia mengenakan kemeja putih lengan panjang. Tatapa
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari