Seketika, Tuan Garfiel tersenyum tipis. “Bagus, beginilah seharusnya, kau marah, kau sedih, kau kesal, kau jijik, kau benci, kau terluka. Beginilah seharusnya sifat seorang manusia.” Mengernyitkan alis, aku terheran. “Apa maksud Anda, Tuan Garfiel?” “Jangan banyak bertanya, sekarang, kau sudah resmi kuterima sebagai muridku, dan aku sudah bisa melihatnya, potensimu yang bergejolak, membara besar di matamu. Kau punya bakat menjadi seorang penyihir hebat, nak. Bahkan sekarang, aku yakin kau telah mampu mengendalikan energi sihirmu sendiri dengan baik. Tunjukanlah padaku, sampai mana kau bisa mengendalikannya, nak. Cepat.” Disitu, Tuan Garfiel sama sekali tidak memberiku kesempatan untuk bertanya hal lain lagi selain merespon perkataan penuh kekaguman pada diriku lalu memerintahkanku untuk