“Kau memang nakal!” Refleks Aaron berdiri dan merangsek duduk di sisi Zea. Dipeluknya gadis itu dari belakang dengan gemas lalu menggelitik pinggang Zea. Zea tergelak kencang dan mencoba membebaskan diri dari kungkungan Aaron. "Tolong berhentilah …," pinta Zea kegelian. "Ini hanya sedikit hukuman untuk gadis yang nakal," balas Aaron berlagak galak. “Ayolah," rayu Zea. "Aku hanya senang mendengarmu berbicara. Aku suka mendengar suaramu.” “Aku juga suka. Tapi bukan untuk membahas pekerjaan,” sahut Aaron. Ia sama sekali tidak berniat mengendurkan pelukannya dan membebaskan Zea. Bahkan perlahan suaranya mulai berubah, terdengar berbeda dan jauh lebih berat, sarat akan hasrat. “Lalu apa?” tanya Zea sambil masih terus tertawa geli, berusaha menghindari dari tangan Aaron. Ia belum menyadari