Zea langsung menahan tangan Aaron yang sudah membuka kaus sampai ke batas dadanya. “Apa yang kau lakukan?” “Membantumu.” “Tapi …,” gumam Zea ragu. Aaron tidak memedulikan protes Zea. Tangannya kembali bergerak cepat, meloloskan kaus itu dari tubuh Zea. “Tidak perlu malu. Lebih dari ini pun sudah biasa kita lakukan.” Wajah Zea merona mendengar kata-kata Aaron. Lebih dari ini? Apa maksudnya? Belum selesai Zea berpikir, ia kembali dikejutkan dengan ulah Aaron. Pria itu menariknya duduk, melingkarkan kedua tangannya di pinggang Zea lalu menjangkau ke belakang. Tanpa permis, Aaron membuka kait pakaian dalam yang Zea kenakan. "Kau mau apa?” Cepat-cepat Zea menangkup dadanya, menahan agar pakaian dalam yang ia kenakan tidak merosot turun. Begitu pakaian dalam ini terlepas, maka Aaron yang du