"Jangan diteruskan lagi!" Zea menggelengkan kepala berkali-kali kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Menyembunyikan wajahnya yang merah padam menahan malu. Mendengarkan Aaron menjabarkan secara detail tentang momen pembuatan foto yang penuh keintiman di antara mereka berdua membuat Zea berharap dirinya bisa menghilang saja seketika. Apalagi ketika kelanjutan proses pengambilan gambar itu berakhir dengan adegan penuh gairah. Zea rasanya ingin mengutuki dirinya sendiri. "Kenapa?" tanya Aaron berlagak tidak mengerti. Padahal saat ini ia sedang menikmati ekspresi malu Zea yang menurutnya menggemaskan. "Aku malu mendengar kau menceritakan kelakuan gilaku dulu," ujar Zea seakan ingin menangis. "Tapi aku menyukainya." Aaron memegang kedua tangan Zea dan menariknya hingga