Eliana memasuki rumah sederhana yang merupakan salah satu aset miliknya. Di dalam sudah ada William dan Dave selaku anak buahnya menunggu dirinya. “Bagaimana keadaannya?” “Masih belum sadar, Nona. Mungkin setengah jam lagi, dia akan sadar Nona,” jawab William cepat. “Baiklah, aku tidak bisa lama-lama di sini. Kau awasi saja gadis itu, jangan lupa beri makan dan minum. Mungkin besok aku akan kembali ke sini.” William dan Dave mengangguk patuh. “Baik, Nona.” Sebelum meninggalkan rumah itu, Eliana berjalan memasuki sebuah kamar di mana tempat tawanannya berada. Ia melihat Laila yang tidur di kasur dengan tangan yang teriat di kepala ranjang, mulutnya juga di tutup. “Buka penutup mulutnya,” titah Eliana. Dave langsung bergerak membuka plester yang menutupi bibir Laila. “Dia tampak baik