Part 17

1200 Kata
Hari ini batas akhir transfer untuk promo sepesial akhir tahun 150k dapat 19 pdf. Yang mau order saya tunggu sampai jam 9 malam ini ya. Lewat dari itu promo 19 pdf sudah di tutup dan harga kembali normal. Yuk gasken yang minat sama promonya. Karena promo besar-besaran ini tidak akan di buka lagi. Hanya dibuka satu kali saja. Open order promo pdf spesial akhir tahun hanya tersedia sampai tgl 31 desember selebihnya promo ini di tutup dan tidak di buka lagi ya. Ada yang berbeda untuk promo kali ini. Hanya bayar 150k readers sudah bisa dapat semua judul pdf Irie Asri termasuk pdf stay with me dan pembantuku istriku, total ada 19 pdf. Yang berminat dengan promonya silahkan chat wa author 0856-2495-6939. Pdf akan langsung dikirim ke wa atau email setelah p********n selesai. p********n bisa via bank mandiri & shopeepay. List Pdf yang didapatkan. Isi pdf sudah full dengan extra part sama seperti ebook & cetak. 1. Tuan Bara 65k 2. Om Regan 60k 3. Forced Wedding 55k 4. Mencintaimu Tak Mudah 50k 5. Devil Beside Me 40k 6. Seduce For Love 60k 7. Paksaan ternikmat 40k 8. Pernikahan Bayangan 28k 9. Unwanted Love 50k 10. My Ugly Husband 45k 11. Eternal Mistake 50k 12. 40 Days with You 30k 13. Cinta Dalam Luka 50k 14. Last Love 50k 15. Me After You 30k 16. Aku Ataukah Dia 30k 17. Mencintaimu Sekali Lagi 40k 18. Stay With Me 50k 19. Pembantuku Istriku 55k Agam memutar-mutar beberpakali cangkir kopi itu di atas meja. Merasa bosan mengapa Jenar sampai saat ini masih belum keluar. Ia sengaja menunggu di lantai bawah untuk mengalihkan kebosananya. Dan paling menyebalkan banyak sekali mata terutama mata wanita yang saat ini terlihat memperhatikan. Sekali lagi Agam menghembuskan napas saat menatap ke arah meja di depannya. Ada 3 orang wanita, yang memiliki paras dan tubuh seksi terlihat saling berbisik, Agam tahu mereka sedang membicarakannya. Sangat terdengar jelas di telinganya. “Vi lo yang samperin gih. Minta nomor wa.” Wanita dress maroon terlihat menyikut temannya. Ia memberikan poselnya pada wanita berbaju hitam dan menyuruh wanita itu untuk segera datang ke meja Agam. “Lo yakin gue yang minta?” “Dia pasti gak akan nolak, lo kan udah terkenal cantik banget. Laki mana coba yang akan nolak permintaan lo.” Vianka, wanita memakai baju setengah bahan itu tersenyum puas. “Lo benar sih. Oke gue yang maju.” Wanita itu mulai berdiri dari duduknya. Melangkah anggun ke arah Agam. Lalu beringsut, turut ambil bagian; duduk di meja lelaki itu. “Hai,” sapa Vianka lembut. Namun respons dari Agam hanya berupa lirikan sekilas tanpa membalas sapaannya. Agam lebih memilih kembali memeriksa ponsel. Tidak berniat meladeni w*************a. Dari pakaiannya saja Agam sudah bisa menilai. Wanita ini seoarang penghibur, dari tatapan dan nada bicaranya terlihat sudah ahli dalam menaklukan para p****************g. Menghibur lelaki yang haus belaian, sangat disayangkan kecantikannya tidak dimanfaatkan dengan baik. “Tuan.” Lalu sapaan lain mulai ikut campur di telinga Agam. Suara yang sudah sangat ia kenali. Refleks Agam langsung berbalik ke arah suara itu dan tertegun menatap Jenar dengan penampilan yang tampak berbeda. Benarkah dia Jenar? Penampilannya saat ini kelihatan mempesona. Pakaiannya tidak seksi, masih menutupi tubuh Jenar dengan baik. Namun dress selutut dengan lengan yang menyelimuti ketiaknya terlihat sangat pas membungkus tubuhnya yang mungil, lebih dari itu ada sedikit perbedaan tatanan rambut Jenar kini di atur bergelombang, terlihat lebih segar, sangat cocok dipadupadankan dengan riasan makeup natural di wajahnya. Dia sangat manis, apalagi saat tersenyum seperti ini. Agam buru-buru mengalihkan fokus. Menggelengkan kepala meyadarkan pikirannya sendiri. Ingat ia sudah mempunyai Mesya, tidak seharusnya ia berpikiran aneh seperti yang ia lakukan saat ini. Meskipun kakeknya meminta ia belajar mencintai Jenar dan sudah resmi menjadi suami sah nya. Tetapi Agam tidak lupa bahwa setatusnya kini masih menjadi kekasih Mesya. Ia tidak mau menyakiti hati Mesya lebih dari apa yang ia perbuat sekarang. “Kamu terlihat berbeda,” tutur Agam membuat wajah Jenar seketika memerah. Wanita itu terus menunduk. Sejujurnya ia tidak percaya diri berdandan seperti ini. “Saya merasa tidak nyaman dengan riasan ini Tuan. Apa saya hapus saja.” Agam langsung menggeleng. Tidak setuju dengan ucapan Jenar. Mau dihapus? Jika itu dilakukan Jenar maka waktu yang ia habiskan selama satu jam lebih harus terbuang percuma hanya untuk menunggu Jenar menghapus lagi riasannya. Tidak! Itu sangat merepotkan dan sayang riasan mahal itu harus berakhir di tempat sampah. “Tidak usah dihapus. Kita harus pergi, jika kamu melakukan itu bukankah akan semakin lama aku menunggumu di sini.” Jenar bungkam. Ia melirik wanita yang sedari tadi hanya diam di meja tempat suaminya. Jenar tahu Agam cukup terganggu dengan ulah wanita itu. Meskipun rupa wajahnya begitu cantik, tetapi Jenar masih bisa melihat Tuan Agam tidak sedikit pun tertarik padanya. Karena itu pula Jenar mengangguk pasrah tidak berniat membantah. Lalu tanpa di duga Agam tiba-tiba menggenggam tangan Jenar dan menarikny a menjauh dari area tersebut. Membuat Vianka menatap sinis tak menyangka Agam akan meninggalkannya begitu saja tanpa membalas sapaan yang ia muntahkan tadi. Lalu dua temannya ikut nimbrung di sana. Mempertanyakan kenapa lelaki tampan itu tidak sedikit pun tertarik untuk berkenalan dengan sahabatnya. Vianka langsung bersuara. “Gue yakin wanita jelek itu pasang susuk sampai bisa gaet laki modelan kayak gitu.” “Dan lo gak bisa buat dia tertarik buat kenalan?” “Bukan gak bisa. Ya mungkin karena udah diguna-guna. Liat cowoknya aja dari tadi mandang terus istrinya, sedang wanita cantik seperti gue diabaikan.” Akhirnya ketiga wanita itu malah bergosip ria. Menjelekan Jenar tak ada habisnya. *** Keadaan di dalam mobil terasa sunyi. Sebenarnya bukan kali ini saja, sebelumnya Agam dan Jenar makan malam berdua terlebih dahulu di tempat yang Jenar inginkan, hanya sebuah pedagang kaki lima pinggir jalan yang tidak higienis menurut Agam. Tetapi karena Jenar terus memaksa akhirnya Agam pun menuruti keinginan istrinya. Sampai mereka kembali ke mobil melanjutkan perjalanan menuju pulang kesunyian ini masih melanda sampai sekarang. Jenar maupun Agam tak tahu harus memulai pembicaraan apa untuk menghalau kesunyian ini. “Besok aku ulang tahun. Apa kamu bisa menemani untuk merayakannya? Menyebalkan setiap tahun hanya merayakan sendiri saja.” Akhirnya, Agam mencoba untuk memulai pembicaraan meskipun kata-kata tersebut berhasil mengagetkan Jenar. Wanita itu melirik Agam dengan tatapan tak percaya. Ia tak menyangka Agam akan mengatakan hal ini padanya. Bukankah hari penting harus dirayakan dengan seseorang yang penting pula. Dia bukanlah orang yang sepesial di hati Agam, akan lebih baik jika hari itu Tuan Agam dtemani Nona Mesya, wanita yang dicintainya. “Tuan tidak merayakannya dengan Nona Mesya?” Helaan napas Agam kemudian terdengar. “Dia sibuk. Tidak mungkin bisa menyempatkan waktu untuk merayakannya denganku.” Ucapan kekecewaan dari Agam membuat Jenar langsung terdiam. Jenar pikir satu-satunya orang yang Tuan Agam harapkan adalah kehadiran Nona Mesya. Namun wanita itu tak bisa hadir menemaninya. Jenar tak bisa membuat Agam kecewa lagi. Ia akan mencoba membuat Agam bahagia melewati hari ulang tahunnya meskipun tanpa kehadian wanita yang ia cintai. Jenar menatap Agam dengan senyuman manisnya. “Kalau begitu saya akan menemani Tuan untuk merayakannya.” Dan Agam menatap senyuman manis itu sampai tak berkedip. Menatap Jenar dengan keadaan yang cukup berbeda. Sebenarnya ada apa dengan detak jantungnya. Mengapa terus berdetak cepat seperti ini? Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN