Part 12

1321 Kata
Open order promo pdf spesial akhir tahun hanya tersedia sampai tgl 31 desember 2022 selebihnya promo ini di tutup dan tidak di buka lagi ya. Ada yang berbeda untuk promo kali ini. Hanya bayar 150k readers sudah bisa dapat semua judul pdf Irie Asri termasuk pdf stay with me dan pembantuku istriku, total ada 19 pdf. Yang berminat dengan promonya silahkan chat wa author 0856-2495-6939. Pdf akan langsung dikirim ke wa atau email setelah p********n selesai. p********n bisa via bank mandiri & shopeepay. List Pdf yang didapatkan. Isi pdf sudah full dengan extra part sama seperti ebook & cetak. 1. Tuan Bara 65k 2. Om Regan 60k 3. Forced Wedding 55k 4. Mencintaimu Tak Mudah 50k 5. Devil Beside Me 40k 6. Seduce For Love 60k 7. Paksaan ternikmat 40k 8. Pernikahan Bayangan 28k 9. Unwanted Love 50k 10. My Ugly Husband 45k 11. Eternal Mistake 50k 12. 40 Days with You 30k 13. Cinta Dalam Luka 50k 14. Last Love 50k 15. Me After You 30k 16. Aku Ataukah Dia 30k 17. Mencintaimu Sekali Lagi 40k 18. Stay With Me 50k 19. Pembantuku Istriku 55k "Kenapa kamu memasak? Sudah kubilang kan lakukan hal yang kamu sukai bukan seperti ini." Jenar hampir saja terlonjak mendengar suara berat yang menggema di belakang tubuhnya. Wanita itu refleks melirik ke arah Agam yang kini tengah menyandarkan tubuhnya di pantry dapur. Tatapan lelaki itu seolah menyiratkan agar Jenar tidak melakukan hal aneh di rumahnya. Seperti membakar dapurnya atau meracuninya dengan makanan asin. Agam tidak terlalu yakin Jenar bisa memasak seenak masakan Mesya. Lebih baik Jenar pakai waktunya untuk beristirahat dan melakukan hal yang ia sukai. Bukan memasak seperti ini. Terlebih Jenar saat ini sedang hamil, dia tidak boleh melakukan pekerjaan yang membuatnya kelelahan. Agar bayi di dalam kandungannya tetap sehat. "Maaf Tuan, saya pikir saya bisa melakukan sesuatu di dapur. Tuan pasti belum makan sejak tadi. Jadi saya pikir saya harus menyiapkan makanan untuk sarapan Tuan." Wajah tak enak Jenar sangat terlihat. Bukan bermaksud lancang, Jenar hanya ingin memberikan yang terbaik karena Agam sudah begitu baik bertanggung jawab pada wanita hina seperti dirinya. Setelah ruang tamu berhasil ia bersihkan, Jenar kini memutuskan untuk memasak. Tetapi ia tak menyangka Agam akan melarangnya. Agam langsung terdiam saat mendengar gumaman Jenar. Bukan kegiatan seperti ini yang dia maksud. "Tidak usah masak. Aku sudah memesan makanan. Mungkin sebentar lagi datang. Sekarang kamu matikan kompornya lalu siapkan saja mangkuk atau piring di meja makan. Jika kamu memang benar-benar ingin membantu." Ucapan Agam membuat gerakan tangan Jenar di atas kuah panas itu terhenti. "Lalu sup ini gimana Tuan?" "Buang saja." Jenar melirik sup yang masih mengepulkan uap di dalam panci. Ia tadi menemukan beberapa sayuran dan langsung memasaknya seperti ini. Meskipun terlihat tidak meyakinkan tetapi Jenar yakin rasanya enak. Pakdenya selalu memuji masakannya. Dan katanya olahan apapun yang ia masak akan selalu nikmat di lidah. Ia tidak bisa membuangnya begitu saja. Terkadang di kampung ia selalu mendapatkan sayuran yang sudah layu atau membusuk tetapi ia masih bisa memakannya. Sayang sekali jika sup ini dibuang begitu saja padahal jelas tadi Jenar mengambil sayurannya masih sangat segar dan bagus. "Biar saya saja yang makan sup ini Tuan. Sayang jika harus dibuang." Agam terlihat tidak suka dengan ucapan Jenar. "Sebaiknya kamu menuruti apa yang aku katakan. Terlebih aku tidak suka sup jagung. Jangan sampai anakku memakan sup itu." Mendengar alasan Agam Jenar tidak bisa lagi melanjutkan kata-katanya. Ia malah terdiam kaku di tempat, menatap Agam seolah tersihir dengan pesona lelaki itu. Kini Agam sudah berlalu pergi dari hadapannya. Tetapi Jenar masih saja terdiam, sambil memegangi perut yang mulai membucit besar. Jenar tak kuasa menahan senyuman itu. Entah kenapa ketika Agam berkata bayi dalam kandungannya adalah anaknya hati Jenar ikut bergetar. Ia suka saat Agam memangil janin ini adalah anaknya. *** Ting tong Sebuah suara bel pintu menginterupsi kegiatan Agam yang tengah menonton acara televisi. Ia melirik arloji di pergelangan tangannya. Sudah lewat 2 menit. Mungkin saja pesanannya sudah datang. Mulai berdiri dari duduknya melangkah menuju pintu utama untuk membukakan pintu. "Tunggu sebentar," sahut Agam keras. Bel pintu terus saja berbunyi. Tidak sabaran sekali. Agam mempercepat langkah kakinya. Mengorek kunci ketika pintu sudah terbuka sempurna. Seketika napas Agam tercekat. Dan tubuhnya tiba-tiba tersungkur ke arah belakang. Tadinya ia berpikir itu adalah orang yang tengah mengantar pesanannya. Tetapi mendapati satu hantaman keras melayang di wajahnya. Agam yakin bahwa perkiraannya salah. Dia... "Cucu sialan! Beraninya kau membohongiku!" Kakek? Wajah Tuan Handoko terlihat memerah menahan amarah. Dan lebih membuat Agam terkejut bukan main kakeknya tengah membawa satu tongkat sakti yang Agam perkirakan jika tongkat itu mengenai tubuhnya sakitnya akan beribu kali lipat lebih berbahaya dari pada bogeman mentah yang barusan kakeknya layangkan. "K-kenapa kakek di sini?" suara Agam tiba-tiba menciut. Ia yakin sesuatu telah terjadi sampai kakeknya datang jauh-jauh ke kota hanya untuk menghajarnya seperti ini. "Kau masih bisa bertanya kenapa aku di sini?!" Glek! Air liur yang Agam telan susah payah tidak bisa membantu mengaliri tenggorokannya yang tiba-tiba mengering. Perlahan kaki Agam mundur selangkah. Mencoba mencari tempat yang Aman. Ia tidak mau mati di tangan kakeknya sendiri. "Kek, aku pikir kita harus bicara baik-baik." "Tidak perlu bicara baik-baik. Aku akan langsung membunuhmu di sini. Aku tidak sudi mempunyai cucu sialan sepertimu! Kamu menginjak harga diriku dengan menikahinya!" Sikap refleks Agam membuat lelaki itu berhasil menangis pukulan pertama dari tongkat sakti itu. Langkah Agam semakin mundur ke belakang. Ia melihat kemarahan begitu mendominasi wajah Tuan Handoko. Sialan, pasti mulut-mulut berengsek orang desa itu tak bisa dibungkam sehingga kakeknya kehilangan kewarasannya seperti ini. Kakeknya pasti sudah mengetahui tentang Jenar. Dan lelaki tua itu marah besar sampai ia datang ke kota hanya bertujuan untuk membunuhnya. Tuan Handoko beberapa kali memerintah untuk melepaskan Mesya tetapi yang didapati kini ia malah berakhir menikahi Jenar. Gadis yang selalu di bully warga desa karena kekurangan fisiknya. Kakeknya tidak mungkin menerima semua ini. Orang terkaya di desa tak mungkin menerima menantu dari kalangan wanita rendah meskipun Agam tidak bermaksud untuk mengucilkan Jenar. Tetapi pandangan orang memang begitu adanya. Tetapi yang patut disalahkan di sini adalah dirinya. Agam menikahi Jenar hanya bertujuan untuk bertanggung jawab atas kesalahannya. Setelah bayi itu lahir. Mereka akan bercerai. Kenapa semuanya menjadi semakin sulit. Jika kakeknya sudah membenci Jenar, maka hidup wanita itu tidak akan baik-baik saja. Kakek tua itu pasti akan menghancurkannya seperti ia menghancurkan hubungannya dengan Mesya. "Kek aku bisa jelaskan." tangan Agam merentang di depan tubuhnya menghentikan kakeknya yang akan melangkah mendekati sembari membawa tongkat besi tersebut. "Tutup mulutmu sialan! Setelah aku puas membunuhmu maka aku juga akan membunuh wanita itu!" Langkah Agam terhenti, terjebak di tembok besar yang menghalangi tubuhnya untuk kabur dari lelaki tua ini. Ia harus mencari cara agar kemarahan kakeknya tidak meledak semakin besar. Sedangkan pergerakan kaki Tuan Handoko semakin mendekat, sudah mulai mengambil ancang-ancang tongkatnya untuk di layangkan pada wajah tampan Agam sebelum suara Agam lebih dulu terdengar, berhasil membuat lelaki itu terdiam mematung di tempatnya. "Oke aku salah Kek. Aku minta maaf. Aku tidak sengaja menghamili Jenar. Semuanya salahku. Saat itu aku mabuk berat dan tak menyadari ada Jenar di dalam kamarku dan kami melakukannya. Dia hamil lalu di arak warga karena perbuatanku. aku menikahinya karena aku tidak mau menyesal sudah membuat wanita baik seperti dia hancur. Tolong jangan membenci Jenar, dia tidak salah." Tunggu sebentar. Tuan Handoko tiba-tiba menatap Agam dengan wajah tak mengerti. "Apa maksudmu? Menikahi wanita bernama Jenar? Jadi kamu tidak menikahi Mesya?" Lelaki tua itu meronghoh sesuatu dalam saku celananya lalu melempar kertas itu di depan wajah Agam. "Lalu untuk apa undangan ini? Kenapa ada nama kamu dengan wanita sialan itu?" Undangan? Kening Agam ikut mengerut. Tuan Handoko kembali menyahut. Memperjelas ucapannya. "Lupakan tentang undangan. Dan jelaskan apa maksudmu sudah menghamili wanita bernama Jenar. Jadi kamu sudah menikah tetapi bukan dengan Mesya?" Mampus, Agam baru mengerti sepertinya ia sudah salah bicara dan salah mengartikan kemarahan kakeknya. Nyatanya lelaki tua ini marah akan pernikahannya dengan Mesya. Bukan marah pada pernikahannya dengan Jenar. Sialan apa yang harus ia katakan? Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN