Extra Part 42: Kebesaran Cinta

1304 Kata

Hari kelima sudah tirus, apa kabar hari ketujuh Anin belum siuman ini? Seril makin terlihat rapuh. Ah, iya. Dia di sana. Di hadapan mertua. Sudah sangat lama. Papa Anin jauh lebih kurus ternyata, tampak rambutnya semakin memutih. Ada kerut-kerut tanda penuaan di wajah. Bersitatap dengan Seril yang begitu sembap matanya. "Apa kabar, Paklik?" Suara Seril pelan. Dia kembali menyebut Ibnu Bendikno dengan sebutan lama. Paklik. Senyum kikuk terukir di bibir mantan suami Bulik Mina. "Kayak yang kamu lihat. Kamu sendiri gimana, Ril? Kok, kayaknya ... ada masalah, ya?" Tidak langsung Seril tanggapi. Ada saliva yang dia telan kelat. Sesak di hati. "Paklik pernah sayang, nggak, sama Anin?" Justru kalimat ini yang keluar dari lisan Seril. Tatapannya sama sekali tidak beranjak dari wajah sang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN