Sekilas tentang mereka, lagi, Anin dan Seril. Di tempatnya, Seril termenung. Kilas-kilas ingatan membawa pada memori kebersamaan dengan Anindea. Seril menerka, apa ini sebuah firasat dan tak disadarinya? Dua hari sebelum lahiran, Anin bilang, "Menurut Mas, anak-anak perlu dikenalin ke kakeknya nggak, sih?" Padahal dulu pernah dibahas, dulu sekali. Anin mengungkit hal itu lagi. Meski begitu, rasanya tidak ada kejanggalan atau keanehan. Seril jawab, "Nggak juga gak pa-pa, deh." "Ah, tapi aku merasa jahat sama anak-anak kalau kayak gitu. Minimal mereka tahu bahwa kakeknya masih hidup. Itu aja, sih. Selama ini Aiy sama Caca bahkan tahunya udah nggak punya nenek-kakek, kan?" "Ya udah, nanti kita kasih tahu." Anin senyum. "Misal aku nggak sempet, Mas jangan lupa, ya? Atau besok aja, giman