Anin tidak tahu ini pilihan tepat untuk mencapai tujuan gemilang dari pembalasan rasa sakitnya atau justru awal dirinya menuju kehancuran yang baru, dengan bersedia menerima juluran tangan Bang Seril. Yang pasti, Anin hanya perlu untuk tidak fokus pada kenyamanan yang dia dapatkan, right? Fokus saja pada rasa sakit dan cara mengobatinya. Lagi pula, toh, hatinya sudah kebas. Membayangkan untuk bisa jatuh cinta lagi masih terasa mustahil. Ada ketakutan, ketidakpercayaan, dan kengerian yang mengelilingi. Namun, bagaimana bila Bang Seril mampu merobohkan semua itu dan membuat Anin memercayai sosok pria sekali lagi? "Dek, Mas ke kebun anggur dulu, ya? Nanti sorean kita berangkat ke kota." Jangan baper. Jangan baper. Nggak, kok. Aman. Kepala Anin agak ribut. "Iya." Baru bangun tidur se