109 | Sang Peneror

1102 Kata

"Ada perlu apa dengan istri saya?" Anin diam mendengarkan, dia duduk sambil menatap Bang Seril yang menerima telepon. Di-loudspeaker. Seseorang di seberang sana malah diam. Kok, Anin yang deg-degan? "Kasih hapenya ke Anin, Ril." "Wah ... Pak Ibnu ini sedang berlagak sok dekat, ya? Bukannya sudah sepakat untuk saling menjadi orang asing?" Tajam nada suara pak kades. Anin melihat gurat serius dan garang di wajah orang nomor wahid seantero Suka Maju. Padahal cuma ngobrol via seluler. "Saya ada perlu sama Anin." "Aninnya nggak kenal sampeyan." "Darah lebih kental daripada air!" Bicara apa, sih, bapak-bapak yang satu itu? Bang Seril terkekeh. "Masih saya simpan surat pemutusan hubungan keluarga dan masih kami ingat bagaimana hari itu Bapak Ibnu ini membuang darah dagingnya. Perlu say

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN