Kalimat Novan menjadikan ekspresi wajah Brenda berubah. "Perlu aku jelaskan kepadamu, Tak ada niat sedikit pun di hatiku untuk menguasai perusahaan keluargamu. Seharusnya kau yang introspeksi diri, kenapa Paman tidak percaya ke padamu, mungkin kau belum memiliki kemampuan yang beliau harapkan." "Kau ...," Novan menahan suaranya. "Kapan kau akan berhenti bersifat angkuh, kau takkan menemukan jodohmu jika selalu menganggap remeh orang lain, Brenda." Brenda tertawa geli. "Aku rasa, kau harus fokus dengan topik pembicaraan kita, yang kita bicarakan adalah perusahaan, kenapa malah menyerempet ke pada kehidupan pribadi." Wajah Novan semakin menegang. "Siapa?" "Apa maksudmu?" Brenda tak mengerti arah pembicaraan Novan. "Hampir tiga puluh tahun umurmu, pada siapa kau mempercayakan hatimu?

