Entah ini Elang yang kurang ajar atau Nara yang khilaf, jadinya mereka malah adu mulut beneran. Tak lagi peduli dengan telepon yang masih tersambung dengan Dikta. Keduanya sibuk ciuman. Saking grogi merasakan pertama kali bibirnya kena lumat, lutut Nara sampai lemas. Sumpah, wajahnya panas seperti terbakar. Tangannya tak lagi mencengkram kemeja Elang, tapi memeluk pinggang karena tubuhnya yang makin condong terdorong kena sosor. Nara benar-benar merasa gila. Sesulit itu menolak sentuhan pria ini. Padahal dengan Dikta, dicium pipi saja dia langsung meradang. Bisa-bisanya baru beberapa hari jadian dengan Elang, dia kebobolan kehilangan ciuman pertamanya. Lebih memalukan lagi, Nara menikmati lumatan Elang yang membungkam mulutnya. “Lang … halooo …” Suara berisik Dikta memanggil-manggil, se