Kana tersentak saat mendengar suara pintu apartemennya terbuka, ia segera mematikan handphonenya yang sedari tadi terus berdering dan penuh pesan dari Pras yang menghubunginya tanpa henti. Sejak kejadian sore tadi di kantornya, Pras terus menerus menghubungi Kana untuk meminta maaf dan memohon untuk bisa berbicara berdua dengannya. “Mas,” sapa Kana kaku. “Hai sayang, kok wajahmu pucat? Kamu sakit?” tanya Jiyo sembari memeluk dan mengecup bibir istrinya sayang. Perubahan raut wajah Kana membuat Jiyo merasa ada yang tak biasa. Tetapi istrinya itu hanya menggelengkan kepalanya perlahan. Ia tak ingin menceritakan masalahnya disaat hari ini seharusnya ia dan Jiyo merasa senang setelah ia berhasil dikenalkan sebagai nyonya Jiyo dengan baik. “Gak apa-apa, sedikit cape aja,” jawab Kana ce

