Rean berdiri resah di depan pintu masuk utama sebuah pusat perbelanjaan. Pria muda itu tak hentinya menatap sumber kedatangan berikut ponsel di tangan kanannya dengan tidak sabar. “Harusnya sudah sampai, kan?” “Ya Alloh, Jess? Ngubungin kamu kok sulit banget, sih? Lebih sulit dari ngubungin presiden!” Rean sudah berulang kali melongok ke sumber kedatangan yang juga merupakan tempat parkir. “Atau jangan-jangan … Jessi lewat basemen? Lewat pintu sana?” pikir Rean yang segera bergegas. Apalagi pesan-pesan yang ia kirimkan kepada Nanay, juga belum mendapat keterangan jika pesan-pesan tersebut telah dibaca. Jessi Nanay Veanso memang tipikal wanita yang berbeda dan sangat sulit untuk dimengerti. Apalagi jika gadis itu sudah bersama keluarganya, Nanay sungguh tidak membutuhkan hal lain lagi.

