“Semoga, malam ini aku bisa tidur cukup nyenyak,” ujar Rafael yang kemudian mendekap tubuh sang istri dan menyemayamkan wajahnya di sebelah pundak wanita itu. “Semoga. Tapi aku enggak yakin.” Fina sungguh ragu semuanya akan baik-baik saja, meski mereka sudah menyampaikan kebenaran kepada Xinxin. Rafael berangsur mengangkat kepalanya dan menatap Fina. “Aku sudah mengetahui keberadaan orang tua kandung Xinxin.” Apa yang Rafael tuturkan membuat Fina dilanda kegamangan. Sakit, hatinya terasa sangat sakit. Bahkan yang ada, ia tak kuasa menahan air matanya untuk tidak mengalir. Bagaimana mungkin, ia baik-baik saja, sedangkan putri yang ia rawat dari bayi, justru harus ia lepaskan begitu saja? “Bolehkah aku egois, dan melakukan segala cara agar Xinxin tetap bersama kita?” lirih Fina yang sam