Alka berharap jalinan asmaranya dengan Rafa akan berlanjut hingga ke pelaminan. Apa lagi dokter muda itu sudah pernah melamarnya, meskipun belum secara resmi. Cincin yang melingkar di jari manisnya, menurutnya adalah sebagai bentuk keseriusan hubungan dari pria tampan berhidung mancung tersebut.
Sejak mengenal dokter muda itu, Alka merasa masa lalunya yang terluka sudah mulai terobati. Gadis cantik itu menerima lamaran dari pria yang mulai menerobos masuk ke dalam hatinya tanpa permisi. Gadis itu mengingat saat mereka berdua sedang makan malam dan dengan tiba-tiba Rafa meminta dirinya untuk menjadi istrinya.
“Will you marry me, Alka Alisha?” pinta Rafa sambil berlutut di hadapannya dengan memegang sebuah kotak kecil beludru yang berisikan cincin berlian kecil yang tampak terlihat cantik.
“Yess, i do” jawab Alka terharu dengan mata berkaca-kaca.
Kemudian gadis itu menerima ajakan Rafa untuk menikah. Gadis cantik itu pun merasa sangat bahagia. Wanita mana yang akan menolak jika kekasih yang dia cintai melamarnya di depan banyak orang.
Menurut Alka, kekasihnya merupakan sosok yang romantis. Dengan persiapan tanpa diketahui olehnya, Rafa melamarnya dengan suasana yang romantis. Bahkan, pria berhidung mancung itu tampak terlihat bahagia saat melamarnya.
Rafa Salim adalah seorang dokter muda yang bekerja di rumah sakit Angkasa milik keluarga Ibrahim. Dia adalah putra tunggal dari salah satu pengusaha makanan di Indonesia.
Di saat Alka menyampaikan kepada kakaknya mengenai keinginannya untuk menikah dengan Rafa, kakak laki-lakinya itu tidak mengiyakannya. Namun, pria paruh baya itu tampak seperti sedang berusaha membujuknya agar pernikahan ini dipikirkan lagi dengan matang.
“Alka minta restu ya, Mas. Alka ingin menikah dengan Rafa,” ucap Alka saat itu, dan Abi pun tampak terlihat terkejut.
“Apa kamu sudah memikirkannya dengan matang? Pernikahan bukanlah sebuah permainan ataupun coba-coba. Menikahlah hanya sekali seumur hidupmu,” ucap Abi dengan bijak.
Gadis itu tampak menundukkan kepala sambil memainkan cincin pemberian sang kekasih yang melingkar di jari manisnya. Ia yakin suatu saat nanti kakak laki-lakinya pasti akan bisa menerima kekasihnya. Alka hanya mengira, jika sang kakak hanya belum begitu mengenal Rafa yang akhirnya membuat Abi terkesan sulit untuk memberikan restunya.
***
Pagi ini, Alka ingin memberi kejutan dengan mengantarkan makanan untuk sarapan ke apartemen tunangannya. Gadis pemilik mata hazel itu terpaksa bangun subuh untuk memasak nasi goreng seafood kesukaan Rafa. Tampak Alka sudah terlihat sibuk di dapur bersama dua orang maid yang sedang membantunya.
“Marni, tolong udangnya dikupasin kulitnya. Setelah dibersihkan kotorannya, kamu belah punggungnya.” pinta Alka pada salah satu maid yang bekerja di rumah kakaknya.
“Iya, Non,” jawab Marni.
Gadis yang berusia delapan belas tahun itu pun langsung membawa sebuah wadah yang berisi udang ke kitchen sinc untuk dia bersihkan.
“Cumi-cuminya, setelah dibersihkan kamu potong jangan terlalu kecil ya, Tri,” ucap Alka pada maid yang satunya.
Bunga yang baru saja keluar dari dalam kamarnya seketika mendengar keributan dari arah dapur. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu pun bergegas melangkahkan kakinya. Ia ingin melihat penyebab keributan yang terjadi di dapurnya saat ini.
“Pagi-pagi sudah pada ribut, dalam rangka apa ini tumben-tumbenan kamu turun ke dapur?” tanya sang kakak ipar yang keheranan melihat adik iparnya sedang sibuk memasak.
“Biasa, Mbak. Lagi belajar menjadi istri, hehe …” jawab Alka tanpa memalingkan wajahnya karena sibuk menumis bumbu yang sudah dia persiapkan.
Gadis dengan segala kelembutannya itu ingin memberikan kesan yang dalam pada kekasihnya melalui masakannya. Alka juga ingin agar kekasihnya itu menilai rasa masakannya. Dia berharap penilaian dari Rafa nantinya bisa membuat gadis itu bisa memperbaikinya jika ada yang masih kurang di lidah calon suaminya tersebut.
“Oh … jadi ada yang udah persiapan nih ceritanya ...?” goda Bunga sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
Alka yang mendengar ucapan menggoda dari kakak iparnya tampak tersenyum senang. Lalu ia pun terus memasak hingga selesai. Setelah selesai semuanya, dengan segera ia memasukkan masakannya ke dalam kotak makanan yang biasanya digunakan untuk bekal piknik. Sekarang gadis cantik itu tinggal mandi dan bersiap.
“Alka berangkat antar makanan dulu ya, Mbak.” pamitnya pada kakak iparnya setelah dirinya selesai bersiap.
“Ya sudah, kamu hati-hati dan pulangnya jangan kemalaman,” pinta Bunga.
Lalu Alka pun bergegas keluar rumah. Gadis itu pergi dengan diantar oleh sopir keluarga. Tak lupa ia pun mencium punggung tangan kakak iparnya yang sudah dia anggap sebagai ibu kandungnya sendiri sebelum berangkat.
Bunga sebenarnya merasa keberatan jika adik iparnya harus bersanding dengan Rafa. Namun, tidak mungkin dirinya akan meyampaikannya secara gamblang pada gadis cantik itu.
Dengan perasaan bahagia, Alka melangkah menuju unit apartemen Rafa sambil menenteng paper-bag yang berisi masakannya. Gadis bersurai hitam itu berharap tunangannya akan senang dengan kejutannya. Tepat di depan pintu apartemen, gadis itu tampak sedang memasukkan kode angka kelahirannya sebagai pembuka kunci pintu. Setelah terdengar suara kunci pintu terbuka, ia pun bergegas melangkah masuk dengan senyum yang menghiasi bibirnya.
Namun, di saat matanya melihat ada sepasang sepatu seorang wanita, perasaannya menjadi tidak enak. Gadis itu berharap apa yang ada di pikirannya saat ini keliru. Tapi matanya kembali melihat barang milik perempuan. Tampak sebuah blazer wanita berwarna peach yang tidak asing baginya terlihat tergeletak di atas sofa. Jantungnya tiba-tiba terasa ingin meledak, darahnya berdesir saat dia mengenali blazer itu. Akan tetapi, dirinya tidak mau menyimpulkannya dengan gegabah.
Ia pun terus melangkah pelan menuju kamar dokter muda yang sekaligus tunangannya itu. Sesampainya di depan kamar, gadis cantik itu membuka pintu dengan perlahan. Betapa terkejut dia, ketika melihat tunangannya sedang tidur sambil memeluk seorang wanita. Keduanya tampak terlihat tidak mengenakan sehelai benang pun. Tubuh Alka seketika lemas dan terduduk di lantai. Tiba-tiba dunianya terasa runtuh. Lelaki yang dia anggap baik ternyata telah tega berkhianat.
“Kenapa kamu tega, Mas, hiks …,” ucapnya dalam hati sambil membekap mulutnya agar isakannya tidak sampai lolos keluar.
Gadis itu lebih terkejut lagi setelah melihat siapa wanita yang sedang tidur dalam pelukan tunangannya itu. Ya … wanita itu adalah Gaby, sahabatnya sejak dari bangku SMA.
“Gaby… apa salahku padamu hingga kamu tega menusukku dengan sangat kejam?” batinnya.
Gadis itu menatap sendu dua sosok yang sedang tertidur pulas sambil saling berpelukan. Keduanya juga terlihat tanpa mengenakan pakaian. Mata gadis cantik itu terus menatap tunangannya dan sahabat baiknya secara bergantian.
Alka bingung harus bagaimana. Yang ada dipikirannya saat ini dirinya harus segera keluar dari apartemen Rafa secepatnya. Dengan sekuat tenaga ia berusaha bangkit dan melangkahkan kakinya yang tiba-tiba terasa berat. Ia berjalan dengan tertatih sambil berpegangan pada tembok di sampingnya hingga sampai ke arah pintu. Gadis yang sedang terpuruk itu harus kuat untuk keluar dari tempat itu. Lalu tanpa sengaja ia pun meninggalkan paper-bag yang berisi masakannya.
Selama Alka berjalan menuju parkiran, dengan sekuat tenaga ia berusaha menahan tangisannya agar tidak pecah di tengah jalan. Setelah sampai di dalam mobil, air matanya langsung tumpah. Gadis itu menangis meraung-raung.
Sopir yang sedang mengantarkannya melihat Alka dengan tatapan kebingungan. Ada apa dengan Nona Mudanya? Namun, dia tidak berani menanyakannya. Tanpa diperintah pria yang berusia empat puluh tahunan itu bergegas melangkahkan kakinya menjauh dari mobil. Pria itu ingin memberikan waktu pada nona mudanya agar bisa menangis hingga merasa tenang.
“Kenapa kamu tega, Mas? Kamu menyakitiku, kenapa harus dengan sahabatku? Hiks … hiks,” raung Alka.
Alka masih mengingat sikap Rafa yang selalu perhatian padanya. Hal sekecil apa pun akan pria itu perhatikan dengan detail jika itu menyangkut wanitanya, Alka. Dia juga selalu mendukung wanita pujaannya. Bahkan, di saat Alka terluka pada cinta pertamanya dulu, lelaki itulah yang selalu ada untuknya.
Dulu Alka tidak memiliki perasaan apa pun pada Rafa. Namun, seiring waktu dan dengan kesabarannya, Rafa berhasil menerobos masuk ke dalam hatinya. Sikapnya yang hangat mampu meluluhkan hati gadis cantik yang terkenal dengan kelembutan hatinya.
“Kenapa kau berselingkuh dengan sahabatku? hiks … hiks …,” pertanyaan itu yang terus muncul di dalam pikiran dan hatinya.
Merasa sudah agak mendingan, gadis malang itu pun meminta sopirnya untuk mengantarnya pulang. Saat ini ia hanya ingin segera berada di dalam kamarnya.
Saat ini banyak pertanyaan yang timbul dalam benak gadis itu. Kenapa bisa jadi begini? Apa yang salah dengan dirinya? Sehingga Rafa dan sahabatnya sampai tega berkhianat.
Tangisan Alka terdengar sangat memilukan. Sopirnya hanya bisa sesekali meliriknya lewat kaca spion yang berada di atasnya. Pria itu cukup prihatin melihat keadaan nona mudanya yang terlihat sangat menyedihkan.
Setelah sampai di rumah, beruntungnya rumah dalam keadaan sepi. Jadi kakak iparnya maupun keponakannya tidak tahu dengan keadaannya yang tengah menyedihkan. Saat ini ia belum siap untuk mendapat pertanyaan dari keluarganya.
Matanya masih terlihat sembab dan hidungnya juga masih merah. Bahkan, masih terlihat sisa air mata yang masih belum kering di wajahnya. Gadis malang itu berjalan secepat mungkin agar segera sampai di kamarnya. Tanpa mengganti bajunya, ia langsung menuju ranjangnya. Sambil membekap bantal dia kembali menangis meraung-raung.
Alka merasa menjadi orang yang sangat bodoh saat ini. Ia sering curhat mengenai sang kekasih pada Gaby. Bahkan, ia juga sering meminta pendapat sang sahabat, jika ingin membelikan tunangannya itu sebuah barang.
“Sungguh permainan kalian sangat sempurna. Aku tidak akan pernah memaafkan kalian," ucap Alka dengan geram.
Tak lama kemudian dia mendengar ada nada pesan yang masuk ke ponselnya. Setelah melihat nama sahabat yang telah tega mengkhianatinya tertera di layar ponsel, ia pun membuka pesan dan membacanya.
“Maafkan aku, saat ini aku tengah hamil, Alka. Aku sangat mencintai Rafa, tolong mengertilah! Bayiku membutuhkan ayahnya, sebenarnya aku tahu jika Rafa adalah pelarian dari cinta pertamamu, sekali lagi maafkan aku.” begitulah pesan yang baru saja dikirim oleh Gaby.
"Haha ... bahkan, kamu berani menuduhku, tahu apa kamu akan hatiku, dasar pengkhianat!" ucap Alka dengan geram.
Dia semakin kecewa pada mantan sahabatnya itu. Selama ini ternyata dirinya belum mengenal mantan sahabatnya itu secara keseluruhan.
Sewaktu di apartemen Rafa tadi, sebenarnya Gaby menyadari kedatangan sahabat baiknya itu. Setelah ia mendengar pintu apartemen tertutup kembali, wanita seksi itu bergegas bangun dan melihat paper-bag yang dibawa oleh Alka. Lalu ia pun segera mengambilnya dan kemudian membuangnya ke dalam tempat sampah agar Rafa tidak mengetahuinya. Lantas wanita ambisius itu mengambil ponselnya dan segera mengirim pesan untuk Alka. Gaby berharap hubungan Rafa dan Alka dapat segera berakhir, sebelum pertunangan mereka diresmikan oleh seluruh keluarga.