"Jangan, Boy!" Nadine meraih pergelangan tangan Boy. Ia menggeleng. "Dewa itu sakit mental. Dia bisa ngamuk dan malah ... aku takut dia bahayain Tiffany." Boy mendesahkan napas berat. Ia sangat tidak ikhlas jika Tiffany disakiti oleh Dewa. "Karena dia bahaya, harusnya kita jauhkan Tiffany dari pria itu, Din!" "Itu pilihan Tiffany sendiri, Boy. Kamu tahu, kan, gimana Tiffany." Nadine menepuk punggung tangan Boy beberapa kali. "Kamu juga ... udah putus sama Tiffany." Boy meradang. Ia sangat terluka jika ingat bagaimana kisah cintanya yang kandas. Padahal, ia tulus mencintai Tiffany. Yah, ia agak menuntut saat Tiffany berkata ingin tinggal di Bandung. Ia sudah membayangkan akan bersama Tiffany di sini, di Jakarta, bekerja bersama dan tetap menjadi sepasang kekasih. Namun, tiba-tiba Tiffany