(Warning 18+) . . Vanya meraih salah satu tangan suaminya, menariknya lalu menyatukan jemari satu sama lainnya. Merasakan genggaman yang hangat, kemudian membawa tangan itu ke dekat pipinya. Aric tak melepas tatapan matanya sedetik pun dari wanita yang telah menjadi istrinya, dan sempurna dimilikinya. Masih berpelukan dalam selimut tebal yang membungkus tubuh keduanya tanpa sehelai kain pun. “Bagaimana rasanya sekarang?” tanya Aric dengan serak, satu tangan lain menarik Vanya merapat, dia suka menciumi ceruk lehernya yang selalu wangi dan candu. Garis melengkung senyum manis terlihat di wajahnya, “asing.. sedikit perih..” bisiknya dengan rona di pipi. Aric tersenyum gemas, mencium pipinya. “Setelah ini tidak akan sesakit semalam. Aku berusaha membuat kamu nyaman.” Vanya meno