“Tunggu, kita mau masak menu apa?” “Yang enak, cepat karena aku sudah lapar sekali.” Vanya mencuci salmon, membumbui. Ia juga membuat tumis sayuran kacang polong, wortel dan brokoli. Aric membantu, tidak menyusahkan. Dia tetap setia berdiri di sisi Vanya, sampai ada momen Vanya mengambil sedikit saus masakannya, meletakan ke telapak tangan. “Biar aku cicipi.” Kata Aric, meraih tangan Vanya lembut dan membawa ke bibirnya. Aric meletakan bibirnya di sana dan mencicipi sedikit sausnya. Seketika detik itu berubah jadi sesuatu yang mendebarkan untuk keduanya. Vanya merona merasakan bibir Aric menyentuh telapak tangannya, Aric memaku tatapan matanya dan tersenyum, “hm, bagaimana?” Vanya jadi gugup. “Sudah enak.” Vanya akan menarik tangannya, tetapi Aric tahan. Dia meraih tisu dan mengelap