Mata Vanya kembali melebar, “hari libur nasional?!” Seketika ia langsung mengecek kalender. Ia melongo, Aric benar jika ia tak harus ke kantor. Vanya kembali menatap Aric yang sudah kembali sit up. Pipi Vanya memerah kali itu karena malu. Untung saja ia belum melangkah keluar apartemen lalu sampai ke kantornya. Ia berbalik dan masuk kamar, Vanya menutupi wajahnya. Begitu pintu kamarnya di tutup, suara tawa Aric terdengar. Puas telah melihat Vanya tak berkutik. “Kuyakin Vanya tak berkonsentrasi sama sepertiku.” Bisiknya. Aric bangun lebih awal karena tidak bisa tidur, hanya beberapa jam lebih singkat, kurang lebih empat jam. Alasan sama seperti Vanya, terus terbayang rasa ciuman mereka semalam. Aric berhenti sit up, kemudian terlentang. Kai meneleponnya semalam, mereka terlibat pembic