Ti amo-2

1031 Kata

“Papah sudah beritahu kamu, bukan?” tanya Dillan. Valerie melihat Vanya tampak murung. Hati gadis itu tengah berdebat, berpikir mungkin Aric memang tidak terlalu menganggap kepulangannya penting. Vanya mengepalkan sebelah tangan kirinya, ia tidak boleh marah. Bisa jadi Aric memang sedang tidak bisa. “Anya!” Yudistira membungkuk, hati-hati memeluk dan mencium kening adiknya. “Bagaimana penerbangannya? Tanganmu sakit selama perjalanan?” tanyanya penuh perhatian. Abangnya sangat bersyukur sekali bisa berjumpa kembali dengan Vanya. Vanya mengangguk, tersenyum kecil. “Lancar. Pegal dan merasakan gatal. Aku harus tahan.” Dia mengadu manja, khas seperti Vanya yang jika sudah berada di tengah keluarga. “Ayo, Yudis! Kita pulang. Kamu parkir mobil di mana? Kita mampir makan dulu nanti.” “Jen

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN