Fay terkekeh, kian menjadi-jadi menempeli suaminya. Aric mendengkus dan berlalu, ia tidak akan menoleh karena tahu apa yang di lakukan pasangan bucin itu. Memasuki kamar, Aric segera menutup pintu. “Sial! Aku jadi merindukan Vanya!” geram Aric. Jika sudah begitu, ia tak ingin melewati beragam proses, maunya langsung menikah dan menghabiskan malam pengantin bersama Vanya. Aric melepas T-shirt melewati kepala, lalu melemparnya begitu saja. Ia masuk kamar mandi untuk gosok gigi dan cuci muka, kembalinya langsung menerjang ranjang. Matanya tidak terpejam, melainkan menunggu panggilan video di jawab kekasihnya. Satu kali mencoba tidak di angkat, padahal beberapa menit lalu masih berbalas pesan. “Apa Vanya sudah tidur?” gumamnya. Tidak mau mengganggu, Aric baru akan meletakan ponsel ju