Vanya menautkan tatapan dengan Aric, melihat keseriusan berselimut cinta yang begitu dalam. Tak ada keraguan, sama seperti malam pertama kali Aric melamarnya, malam ini pun Vanya tidak memiliki alasan untuk menolaknya sebab yang Aric inginkan menjadi keinginannya juga. “Ya, Kalil Alaric Lais.. aku mau jadi pendamping hidupmu. Melewati banyak fase kehidupan nanti bersamamu.” Angguk Vanya bersamaan dengan Aric yang berdiri, menyerahkan buket bunga dan mendapat tepukan hangat. Semua yang hadir menjadi saksi keseriusan keduanya untuk menjadi pasangan. “Thank you!” ucapnya, “kamu terlihat sangat cantik dan luar biasa malam ini!” Aric memuji dengan tulus, ia mendekat. Saat refleks akan memeluk dan mencium kening, Vanya menahannya. Memberi lirikan jika mereka tidak hanya berdua. Aric malu, men