“Apa yang kau lakukan di sini?” Banu berbisik di samping pria bertongkat itu dengan tubuh tinggi besar sama seperti Rendra. “Apa aku mengenalmu?” Pria itu terlihat acuh pada Banu dengan hanya melirik sekilas. “Ya, dan tidak usah berakting seperti itu,” Banu memukul keras bahu pria itu. “Aduh!” pria itu mengaduh sambil mendelik tajam pada Banu, seraya menahan tangan wanita itu saat ingin memukulnya lagi, “Dasar wanita, kau jangan keterlaluan.” “Kau yang keterlaluan, apa tidak cukup Fazwan saja yang ada di sini?” Banu melototkan matanya, “Kenapa kau juga harus ada di sini?” “Tidak cukup, harus ada yang mengawasi semua pergerakannya,” pria itu mendengkus kasar. “Apa yang harus kau awasi dari Fazwan?” tanya Banu sinis, “Dia sudah terlalu dewasa untuk kau awasi.” “Tentu saja perlu,” pria