“Dasar bayi pengkhianat,” decak Rakesh sambil bersedekap didada dan melihat Taka yang memeluk leher erat Rendra. Sementara Rendra tidak hanya memeluk tapi juga mencium wajah dan pucuk kepala Balita itu berkali-kali, dengan rasa hati yang luar biasa menghangat serta bahagia karena pada akhirnya Taka memilih untuk memeluknya dengan panggilan yang dia rindukan dari Taka. “Pa..pa..” “Akhirnya,” Austin bernapas lega karena Taka yang masih anak-anak itu sudah membuat keputusan yang tepat untuk memilih siapa yang ingin di peluk menurutnya, “Tidak ada pertumpahan darah dan mayat yang terbujur kaku.” “Ngan ...ngan ...” tawa Taka terdengar karena Rendra yang tidak berhenti menghujaninya dengan ciuman yang bertubi-tubi karena terlalu rindu dengan balita itu setelah berbulan-bulan tidak bertemu.