Tangannya terulur mencari-cari sumber alarm yang sudah terbiasa berdering, matanya masih terpejam begitu sulit terbuka. Berhasil menghentikan deringnya. Dalam kamar kecilnya, terdengar suara kipas tua yang masih meniupkan sepoi-sepoi angin, dan ia kembali memeluk guling, lanjut tidur hingga matahari di luar semakin bergerak naik, dan sinar hangatnya menyapa tembus jendela kamar. Kemudian suara gedoran pintu, memaksanya membuka mata. Bersamaan suara Adnan terdengar, “Ka, belum bangun? Sarapannya sudah siap ya. Aku berangkat dulu, doakan aku lolos wawancara!” “Iyaaaa!” jawabnya serak dan perlahan membuka mata. Reema mengusap wajahnya lalu menguap. Terima kasih untuk Adnan, sejak beberapa hari ini tanpa Reema cerita, adiknya seolah memberi kesempatan untuknya bermalas-malasan. Adnan menge