Matcha masih meringkuk sedih di sofa ruang keluarganya seperti biasa. TV di depannya menyala, tapi di kondisi sunyi seperti ini yang dia dengar dari dunia halusinasinya adalah celoteh mama dan papa yang sedang berdebat. Biasanya mereka saling mengomentari dan memberi pendapat acara televisi yang sedang mereka saksikan. Bahkan kadang-kandang mereka menggunakan bahasa dan istilah sulit yang Matcha tak bisa mengartikannya. Sudah seminggu lebih sejak pemakaman kedua orang tuanya. Matcha masih belum bisa menerima keadaan ini. Bukan lagi tangisan yang dia tunjukkan, tapi sikap dan raut sedingin salju yang nampak dalam diri dan sikap gadis ini. Sekuat tenaga Matcha berusaha berdamai dengan hati dan situasi kesepiannya. Di ingatnya dengan keras orang-orang yang saat ini ada di dekatnya. Sekuat