Beberapa menit kemudian Matcha melepaskan pelukannya dari Nara. Masih dengan posisi duduk mereka saling berpandangan. Tangan Nara terulur mengusap sayang kepala Matcha. “Gue nggak tahu kalau elo sakit, maaf ya, gue telat banget,” ucap Nara sambil membantu Matcha untuk kembali tiduran. Matcha mengangguk, entah mengapa ketika ada Nara di dekatnya seperti saat ini, perasaannya jauh menjadi lebih baik. “Badan elo panas banget, sudah ke dokter?” tanya Nara dengan nada khawatirnya. “Sudah, abis di periksa Om Adi juga, kemarin malam di antar papa sama mama ke rumah sakit sekalian tes darah. Tapi nggak tahu kenapa panasnya belum turun juga. Kalau sampai besok tetap begini, gue harus cek darah lagi,” jelas Matcha pada Nara. Nara terdiam. Bahkan Matcha sudah di periksa oleh papanya dan dia juga