Andai Aubrey punya tempat pulang selain di rumah Gabriel yang mewah ini, dia pasti tidak akan tinggal disini. Baru saja Aubrey duduk di kasurnya ketika sudah sampai di paviliun tempatnya tidur, tiba-tiba terdengar suara pintu di ketuk dari luar. Aubrey membuka sedikit tirai jendela paviliun dan wajahnya berubah menjadi kesal. “Aubrey, buka pintunya.” Ucap Gabriel, syukurlah kali ini dia tidak membentak. “Mau apalagi kamu?” nada Aubrey masih ketus. “Kita tidak boleh berselisih paham seperti ini terus. Kita belum berbicara sama sekali mengenai apa yang terjadi setelah kamu berbicara dengan Ayahku.” Tak berselang lama kemudian, terdengar suara kunci yang diputar dan kenop pintu yang ditekan sehingga pintu paviliun itu terbuka. Belum Aubrey membuka pintunya lebih lebar, Gabriel langsung