Panti asuhan

1285 Kata
Tentu saja Aylin terkejut akan apa yang di lihatnya sekarang. Nama Aylin terpampang jelas di gerbang berwarna hijau itu. Bukan hanya nama Aylin, tetapi ada kata 'Panti asuhan' di sana. Di depan Aylin, sekarang terlihat para anak kecil membawa bunga mawar merah satu-satu dengan senyum merekah dan ada yang membawa tulisan bertulisan 'Selamat datang kak Aylin' "El, maksudnya?" Aylin menatap ke arah anak anak bingung ini. "Aku menunjukkan pri kemanusiaanku, panti ini buktinya. Panti ini meminjamkan tiga ribu anak-anak terlantar dari seluruh Dunia. Dan nama panti ini nama kamu, karena aku sayang kamu" bagi perempuan yang memerlukan bantuannya akan berdebar debar hingga terasa akan copot, tapi Aylin hanya diam saja tak ada perasaan seperti itu, perasaannya biasa saja. Malah dia menatap El bingung, pricaya? Aku membangun dengan dia memang ber-prikemanusiaan, tapi apa yang melakukan itu tadi ... Aylin memejamkan dukungan mendorong. Melupakan semua itu Aylin berjalan ke Arah anak-anak itu lalu tersenyum ramah "Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh," Aylin menatap mereka dengan tatapan ceria. "Waalaikumusalam warohmatullahi wabarokatuh kak Aylin" balas mereka dengan senyum ceria. Lalu mulai berangsur berikan Aylin mawar merah. Aylin menerimanya dengan senyum merekah Dia tak terlalu suka dengan mawar merah, dia menyukai mawar putih. "Nak Aylin, mari ibu antar-jemput" terlihat wanita menerima baya menawarkan dengan senyum di Aylin. Aylin mengangguk dan langsung menerima ibu itu, meninggalkan El yang memandang Aylin dengan senyum merekah. "Tuan, nona itu koma" lapor salah satu orang suruhan El, yang melunturkan senyumannya menjadi seringaian licik dan menakutkan. "Sayang sekali, padahal aku berharap dia mati seketika" gumam El setia menatap Aylin yang tersenyum. "Tapi itu cukup menarik, akan terasa lebih menyenangkan bila dia mati lebih lambat" ujar El kemudian lalu kembali menatap pengawalnya. "Apa lagi yang terlibat dalam kasus ini?" tanya El dingin. "Seperti yang ada di CCTV, ada tiga perempuan yang ikut mengejek tuan," jawab orang sambil menunduk. "Hancurkan keluarga mereka buat seketika miskin, untuk tiga perempuan yang masih hidup itu, aku mau kalian tangkap mereka seperti biasa, nanti aku akan memeriksanya." Perintah El dingin. "Baik tuan," balas orang itu menegaskan lalu pergi meminta tugas barunya. Seringai kembali mengerikan di bibir El dengan kejam. 'Air mata Aylinku, harus di balas dengan nyawa.' batin El berbicara lalu ingat Aylinnya kembali. • ° • ° • Aylin melintasi area itu dengan takjub, tempat ini seperti panti asuhan disukai. Tempat ini di buat seperti perumahan dengan taman yang hijau. Kamar kamar yang cukup luas berjejer tiga tingkat. Kamarnya pun sangat lengkap ada Ac, kulkas, TV, dan tabungan dalam kamar lainnya. Bahkan ini tampak seperti kamar hotel, bukan panti asuhan. "Panti ini, tiga ribu anak-anak di seluruh dunia sekarang, masih ada, masih tetap ada yang kosong," jelas ibu penjaga panti - bu rahma. "Kapan panti ini berdiri?" tanya Aylin masih tetap memandang bangunan di sekitar mereka. "Empat tahun lalu" balas ibu itu. "Nak El sangat baik untuk mau menerima anak-anak terlantar di sini, dia harus memperkerjakan lebih dari dokter untuk keselamatan anak di sini, dia juga memperkerjakan banyak orang untuk mengurus bayi yang di temukan," jelas Bu Rahma sambil terus berjalan dan melihat-lihat sekitarnya. "Ada bayi juga di sini?" tanya Aylin dengan mata berbinar, dia memang sangat disukai bayi. "Iya, mari ibu antar ke kamar bayi," ajak Bu Rahma menunjukkan jalan untuk Aylin. Yang diikuti Aylin dengan perasaan bahagia. "Assalamualaikum," salam bu rahma untuk para babysister di ruangan itu. "Waalaikumusalam warohmatullahi wabarokatuh," jawab mereka serempak. "Ini nak Aylin." Bu Rahma memperkenalkan pada mereka, "Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh, Nyonya Aylin" salam mereka bersamaan. "Waalaikumusalam warohmatullahi wabarokatuh," Aylin menjawab dengan bibir yang melengkung manis. "Mereka sangat lucu, siapa namanya?" Aylin menoel noel pipi bayi-bayi itu dengan gemas. "Aynina, Aylisa, Ayrisa, Arcel, Aymi--" bu ramhma memperkenalkan nama mereke. Aylin mengerutkan kening mendengar nama anak itu. "Kenapa semuanya huruf A. Dan kebanyakan menggunakan Ay?" tanya Aylin bingung, ini tidak mungkin membingungkan 'kan. "Tuan Abdiel yang memberikan nama. Saat kami mengajukan pertanyaan yang sama, dia menjawab hanya nama Aylin di hati dan pikirannya, jadi untuk membahas nama untuk bayi ini tanpa ada huruf lain selain kata 'Ay," Aylin terdiam seketika, menantang membeku. Ada perasaan aneh di kegembiraan, rasa yang membuat kegembiraan menguat. "Oo ... Begitukah," timpal Aylin pelan sambil menunduk. "Iya Nyonya, tuan El sendiri yang mengatakannya pada kami." Babysister lain meyakinkan. "Arcel, namanya Arcel kan?" tanya Aylin pada salah satu bayi yang membawa babysister di sana. Ayal bagi El. "Iya nona," Babysister yang menyerahkan bayi itu ke Aylin yang di terima dengan senang hati oleh Aylin. "Aku mau melihat yang lain Ummi, tapi sambil membawa anak bayi ini, boleh ya" pinta Aylin menampilkan senyum cerianya. "Tentu saja, ayo kita berkeliling lagi" ajak bu Rahma lagi. Setelah lama berjalan tibalah di lapangan yang di kelilingi pohon rindang yang menyejukkan, Aylin dan Bu rahma duduk di salah satu kursi panjang di sana. Di lapangan terlihat El bermain bola dengan anak kecil. Sejenak Aylin melihat kebahagiaan mereka bersama, Pikiran Aylin kembali pada kejadian tadi siang, di mana El lebih atau sudah melawan perempuan tadi. Sekarang dia tertawa bahagia dengan anak kecil itu, apakah El seorang psikopat? Kenapa dia sangat sadar? Jika di pikir berpikir sekaya apa seorang Abdiel? Kasus kejahatannya tidak pernah sampai ke jalur hukum, bahkan saat El membunuh Ayahnya pun dia tidak sampai di penjara dan jangan lupakan ibu-ibu hamil waktu itu, dan sekarang menjadi perempuan lemah. Semua korban. Bagaimana jika ada yang membunuh Aylin? Apa yang akan di lakukan El ?? "Nak Abdiel sangat mencintaimu nak," Aylin seketika menoleh pada bu Rahma. "Dia memang sangat keras di luar tampak berbahaya dan sangat sulit, di dalam dia sangat lemah dan rapuh, menyimpan banyak kesedihan, hanya kamu yang bisa mengeluarkannya dari kesedihannya." Perkataan bu rahma mambuat Aylin mengerutkan keningnya bingung, kenapa dia? "Maksudnya?" tanya Aylin memandang bu Rahma "Abdiel anak ya--" "Aylin, sayang ... Kamu sudah selesai berkeliling?" perkataan bu Rahma terhenti kala orang yang dibicarakan tepat di depan Aylin dengan senyum manisnya. Melihat senyum itu tampak kebahagiaan di dalam mata bu Rahma. Ada apa dengan Abdiel? Kesedihan apa? Sekarang pertanyaan lain tentang El berkeliaran di harapan. "Arcel lucu ya, aku menamainya sendiri" Abdiel memandang bayi itu gemas sambil menoel noel pipi gembulnya. Sontak Aylin juga menatap Arcel yang berada di gendongannya dan tersenyum melihat anak itu tertawa. "Kamu seneng liat anak kecil?" El menatap Aylin dengan binar bahagia. Aylin mengangguk dengan senang sambil menatap Arcel. Melihat binar bahagia di mata Aylin, El tersenyum lega. Rencananya berhasil, Sementara membahas tentang Panti Asuhan ini terkesan mendadak tapi dia tetap senang, gadisnya bisa sedikit melupakan tentang wanita b******k tadi, dipahami yang di perbarui oleh El. "Aku jadi pengen punya anak suka ini, darimu." Tangan Aylin yang tadinya mengelus Arcel berhenti seketika. "Dalam mimpimu!" balas Aylin tegas. El hanya terkekeh ringan mendengarkan balasan gadisnya itu. "Aku yakin kita akan punya anak selucu ini nanti," ucap El yakin, Aylin diam saja tak berniat membalas perkataan pria di pulih ini. "Mata Arcel sama dengan mataku, berwarna biru, namanya juga bisa di panggil El dari kata belakangnya, seperti kamu memanggilku." Aylin membenarkan perkataan pria dalam hati, dia baru menyadari itu. "Tapi aku gak mau dia di panggil El, karena nama El itu hanya namaku. Nama istimewah dari Aylin." Abdiel menatap Aylin dengan senyum manisnya. Aylin membenarkan dalam hati, El itu nama pemberiannya, karena nama Abdiel susah bagi Aylin untuk di sebut "Ya kamu benar. Kamu orang pertama yang memanggilku dengan nama El, dan kamu juga orang pertama yang membuatku berharap, kamu orang pertama yang membuatku ingin hidup , kamu selalu menjadi yang pertama dan tidak akan duanya. Hanya kamu cuman kamu. " Aylin terdiam seketika ada perasaan lain kompilasi pria ini mengatakan kata itu. "Arcel udah tidur, aku mau ngantar anak ini ke kamar tadi." Aylin beralih berbicara dan cepat pergi ke ruangan tadi, pergi El yang tersenyum getir. Apa cintaku sebuah petaka untukmu? Apa yang salah dari cintaku ???
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN