Perpustakaan

2310 Kata
Mobil yang naikki Aylin ini terasa cepat sekali, sangat tidak sesuai dengan merknya yang terkenal sangat cepat. Selama perjalanan Aylin terus menundukkan kepala sedangkan El, melihat selalu ke kaca belakang untuk melihat Aylin. Setelah sekian lama, akhirnya mobil dengan kelambatan yang super sampai juga di depan rumah Aylin. Aylin menghembuskan nafas lega seketika, sedangkan El, merutukki supirnya yang katanya menyetir terlalu cepat. "Terima kasih nak El sudah mengantarkan kami," ucap Anisa lembut. "Tidak masalah Ummi, El bahkan tidak masalah jika harus mengantar Aylin setiap hari ke kam--" "Tidak, terima kasih tawarannya," potong Aylin cepat. "Aylin," tegur Anisa melihat cepat. "Tidak apa-apa Ummi, El pamit dulu. Tolong jaga Aylinku ya Ummi." Lindungi Aylin Lekat, yang di tatap malah terus menanjak, Lepaskan yang tertutupi cadar hitamnya. "Hati hati El." ucap Anisa, sedangkan Aylin sudah masuk ke rumah tanpa melihat El. Anisa yang melihat itu geleng geleng kepala. • ° • ° • Aylin memandang taman di senangi dengan sendu, perasaannya benar benar bercampur aduk sekarang, sedih, kesal, merasa berdosa. Semua itu tertuang dengan air mata Aylin yang mengalir dengan deras. Pelukan hangat seseorang membuat Aylin sedikit terlonjak lalu menoleh kebelang, saat ia tau siapa yang memluknya, air mata Aylin semakin deras mengalir. "Apa salah Aylin Ummi, Aylin tidak pernah dekat dengan El, Aylin tidak pernah bertentangan dengan El, tapi mengapa Aylin jadi ladang dosa buat El. Bahkan Aylin sudah memakai cadar Ummi, masih ada ajnabi seperti El yang berperasaan seperti itu" keluh putri sambil mengelus punggung domba. "Dulu Abi dan Arfan sudah El Berjuang, dan sekarang, wanita hamil Ummi, mereka tidak bersalah. El terlukai mereka, semua itu karena Aylin Ummi." Tangis Aylin sedih "Bersabarlah nak, semua ini ujian dari Allah. Fitnah wanita memang sangat besar, jangankan yang tidak menutup aurat yang sudah ditutup auratpun mampu mengoda iman. Jangan beri harapan pada El, terus hindari sampai kalian halal." "Kami tidak akan pernah halal," ucap Aylin. "Jodoh siapa yang tahu," Anisa tersenyum melepaskannya. "Tidak Ummi, Aylin tidak akan menikahi orang yang sudah lahir Abi Aylin sendiri," tegas Aylin "Jangan menolak jodoh nak itu tidak baik." "Apa Ummi benar benar sudah memafkan El?" "Ummi hanya manusia nak, Ummi malu tak memafkan sesama selain Allah maha pengampun, siapa kita yang tak mau memafkan sesama" ucap Anisa sambil menatap mata Aylin. Seketika Aylin mengalihkan tatapannya ke segala Arah "Aylin mau mandi Ummi," Aylin tersenyum canggung lalu melangkah dengan cepat ke kamar mandi. "Cobalah untuk memaafkannya nak" ucap Anisa yang menghentikan langkah Aylin. Lalu keluar dari kamar itu. Meninggalkan kambing yang diam mematung. • ° • ° Udara pagi berhadapan secara bersamaan dengan angin sepoi-sepoi namun mampu menerbangkan kerudung hitam milik Aylin yang terletak di tengah halaman. Pikirannya menerawang entah kemana, dia memang lebih banyak diam setelah kejadian kemarin. "Tidak ada kelas?" sontak Aylin menoleh kala mendengar suara seseorang di belakangnya. "Tidak," balas Aylin sambil tersenyum dengan manis. "Masih mengingatku rupanya, aku pikir--" "Tentu saja, mana bisa menjawabmu. Masih mencintainya?" tanya orang itu dengan pandangan mawar putih yang sama. Mendengar pertanyaan gadis itu Aylin terdiam, tentu saja dia tahu siapa di sini. "Salahkah jika aku ingat dan mencintainya?" Aylin balik bertanya. "Tentu, kau tidak mau zina hati kan," ucap gadis yang duduk di sebelahnya. "Aku sangat mencintainya, melupakannya sangat sulit buatku" keheningan kembali melanda di antara mereka. "Kau pasti suka prilaku Abdiel kemarin 'kan" pertanyaan Aylin memecah keheningan di antara mereka. "Iya, kenapa aku ke sini, aku kira kau terluka parah, tapi saat melihatmu baik-baik saja, aku menyesal mengunjungimu," ucap gadis itu santai. Aylin tersenyum seketika mendengar ucapan anak di sampingnya ini, tidak pernah berubah. "Kau seperti tidak tahu anak itu saja." Aylin berucap malas "Hmm, cinta padamu membutakan, menulikan, membodohkan. Cintamu itu mengundang untuk El tau," balas seseorang itu kesal. "Bukan salahku dia memendam perasaan itu," bela Aylin lagi. "Iya, bukan salahnya. Tapi salahkan kemenangan yang terlanjur mencintaimu. Tidak mau mencoba kembali hati untuknya?" tanya gadis itu nanti. "Ada apa dengan kalian semua? Selalu memintaku demi hati untuk pria, Ummi dan kau sama saja" ucap Aylin kesal. "Jangan tinggalkan cinta seseorang Aylin, atau kau akan menyesal nanti kala rasa itu tak sama lagi" Aylin diam balas perkataan sepupunya itu. "Aku menginginkan pendamping yang akan membimbingku ke jalan Allah" "Bagaimana tidak membimbing El ke jalan Allah, itu bisa menjadi ladang pahala buatmu" "Udaranya mulai panas, ayo masuk kita bisa membaca novel bersama" Aylin mulai menuju ke dalam rumah. "Mengalihkan pembicaraan" gerutu sepupunya itu masih terdengar oleh Aylin. • ° • ° • Pagi pagi sekali Aylin sudah berangkat ke kampus, semalaman dia harus menunggu celotehan Naila- sepupunya, untuk menghindarinya pagi ini dia berangkat pagi, sangat pagi malah. Padahal kelasnya siang nanti. Untuk menunggu kelasnya di Aylin berniat menunggu di perpustakaan sambil membaca. Perpustakaan sudah mulai ramai. "Eh .. Liat geh masa 'dia pake nutupin muka pake kain segala." Seketika Aylin berhenti membaca kala mendengar bisik bisik pada kunjungan di putar. "Ah mukanya hancur tuh, atau jangan jangan banyak jerawat hahahaha." "Asstagfirullahhalazim," Aylin berucap lalu lalu fokus pada bukunya lagi. Ini hal yang sudah bisa buat Aylin. "Wuuu siapa ini," terdengar suara mengejek mendengar. "Wah, kutu buku pula dia ternyata," timpal yang lain. "Huh, akan ku suruh papa meminta perpustakaan ini lebih lagi, siapa tau dia mengatur bom di sini." Aylin seketika menoleh kala tiga wanita cantik di hadapannya ini berbicara dengan keras hingga menarik perhatian semua pengadilan di sini. "Iyuhh, cewek sok suci lho, pake pelet apa hah!? Kenapa mr. Abdiel bisa kecantol sama kain jalan kaya lho?" kata gadis mungil di resolusi keras. "Ohhh gue yakin lho pake kain ini biar banyak yang suka sama lho kan? Hmm jangan jangan ini kain banyak peletnya lagi. Iyuhhh sok sok aja alim. Eh ini dukun utama." "Atau ... Lo jual dirimu, ya ampunnn kayanya emang bener ya, dia kan gak punya uang, punya anak gak punya bokap, siapa yang mau ngehidupin mereka, ngemis memperbaiki jual beli kali ya, pasti dia nutupin karena seleuruh tubuh tanda ciuman penuh iya kan. " Aylin menggenggam buku itu dengan penuh suka menyalurkan emosinya dan meminta kekuatan. Matanya mulai memanas kala membaca penghinaan itu. "Iya tuh, gal level banget sih, gak tau malu ya lho? Gue yakin bapak lho nangis kejar ngeliat anak nya jadi p*****r, iyuhh gue kasian sama bokap lho dia pasti kepanasan dan ngomong sih ...." balas salah satu dari mereka. "Di bayar berapa lo permalam? Atau geratis? Asal bisa deket sama mr. Abdiel? Lo itu ngejatuhin drajat wanita bercadar tau gak," perkataan mereka terasa bagai belati yang menusuk Aylin Air ketikkan dengan derasnya bak sungai. Benarkah dia merendahkan para wanita bercadar ?? "Coba tau kemarin di peluk Pak Abdiel-kan, dia malah ngehajar perempuan hamil demi p * la * ur ini" ucap perempuan itu sadis yang tanggapi tatapan terkejut oleh semua orang. "Wah tuh anak benar-bener p * l * c * r Mr.Abdiel" Aylin masih setia menangis. "Jangan ada yang mau deket sama cewek muna ini ya, dia ini udah gak suci lagi. Baju panjang dan cadarnya itu cuman temen doang penuh badannya penuh ama ciuman tanda. Dia kan pel ... " PLAK ... PLAK ... "BERANINYA KAU ... !!!!" teriak pria dengan stelan kantor tampak dengan tajam dan kobaran tajam tampak jelas. "Siapa yang kau anggap penghibur perempuan di sini hah !!! Kau tubuhmu sendiri yang begitu menjijikan. Dan apa hakmu untuk menghinanya ?! Kau ... Lebih rendah dari cari binatang !!" Melihat perempuan di sedang berbicara dengan tatapan merendahkan, sedangakn perempuan itu menutup mata mengumpulkan semua kekuatan yang diambil dalam diri sendiri. "Dia memang pel--" BUGH ... BUGH ... Tanpa menunggu kalimat perempuan itu selesai sudah menendangnya hingga terduduk di lantai "Kesabaranku ada batasnya nona, kau sudah melampaui batas !!!" ucap El tajam dan kembali melayangkan tamparan. Plak ... Plakk .. Dengan brutal El menampar pipi perempuan itu berkali-kali. Aylin yang awalnya tak sadar dengan taksiran yang lebih luas akan terasa sakit hati yang di rasakannya, pingsan dan menatap perempuan yang menghinanya tadi sudah belur dengan pipi yang sudah berlumuran darah. Sejenak Aylin terdiam mencerna suasana di sekitarnya, sedetik kemudian dengan gemetar dia mencoba beralih pria yang menghajar wanita tanpa ampun. "El ... El ... Ke ... Tolong ber ... Berhenti!" dengan gugup Aylin memohon pada pria di membalikkan ini, tapi sia sia pria itu terlalu marah dan tanpa ampun sekarang di sudah melayangkan tinjunya seperti berkelahi terhadap pria BUGH !! BUGH !! Tak ada pikiran lain di kepala El selain menghabisi gadis yang sudah membuat Aylinnya mennangis, entah dia perempuan lemah, El sama sekali tak peduli. Perempuan ini yang sudah membuat Aylinnya menangis maka perempuan ini harus mati di mengerti. "EL ... KU MOHON BERHENTI !!" Air mata mulai menetes lagi di mata Aylin. Dia menatap sekitar yang di penuhi oleh para siswa teatapi, tak perlu yang melerai, perempuan sudah sekarat. Aylin setuju pundak El "El, ku mohon berhenti" ucap Aylin lemah, namun sia sia, El tetap menghajar perempuan yang sudah tak sadarkan diri. Grep ... Aylin memejamkan mata dan merapalkan segala doa dalam pertarungan Allah mengampuni dosanya yang sudah berani memeluk pria ini dari belakang sambil memegang tangan pria itu. "Cukup El, aku baik baik saja" ucap Aylin yang lemah berusaha menghentikan tindakan gila pria itu. Seketika mata Abdiel yang tadinya penuh dengan api amarah kini penuh dengan sinar kebahagiaan. Tubuhnya yang tadinya tegang kini mulai releks kembali. Merasa El sudah berhenti Aylin buru-buru melepaskan pelukannya dan merapalkan segala doa yang diminta Allah mengampuninya. "Ay ... Sayang, kamu bener bener gak papakan? Kamu masih sakit sama dia? Kalo kamu masih engak suka sama dia, aku bisa jadiin dia p * l * c * r suka yang di tuduhin ke kamu. Jangan nangis lagi ya" El menangkup wajah Aylin Tapi hanya terlihat saja. Menatapnya khawatir. "Ak ... Aku ... Baik-baik saja El," Aylin memandang perempuan itu ngeri, wajah perempuan itu penuhi dengan darah segar, bibirnya sudah robek, bahkan tampak ..., Sangat mengenaskan, wajah perempuan itu tak terlihat putih Lebih merah karena darah bajunya pun sudah robek sana sibi, entah apa yang harus dilakukan El sampai perempuan itu sangat mengenaskan. Air mata Aylin kembali menetes dengan deras kala mengingat perempuan itu karena dia. "Beneran? Kenapa kamu nangis lagi? Pasti sakit hati sama dia ya, biar aku hajar lagi aja perempuan b******k ini !!" Abdiel membalikan badanya kembali menerima melakukan keinginannya. "Jangan !!! Ku mohon jangan," teriak Aylin kala melihat El mulai mengepalkan mulai kembali. "Tadi kamu masih sakit hati" ucap El seperti anak kecil. "Tidak, aku ... Aku baik-baik saja, se ... sekarang ayo kita pergi dari sini" Aylin mulai menarik El keluar dari kerumunan, setelah mereka tak terlihat barulah mereka menyelamatkan gadis yang entah masih bernafas atau sudah meninggalkan. Ayun. Aylin-nya Abdiel. • ° • ° • Mobil itu sangat hening dan sedikitpun ada di dalam mobil ada empat orang. Tentu saja El membawa dua wanita lain, alasannya karena Aylin tak ingin berkhalwat. Aylin menurut saja kemana El akan meminta jantungnya berpacu dengan cepat, jika tidak setuju El akan mengamuk lagi dan akan melawan perempuan tadi ingin merasakan Aylin menangis sekeras kerasnya sambil berteriak, atau dia mau pingsan dan ganti pakai ini sebagai bencana belaka. Apakah El manusia atau monster kenapa dia tak memiliki belas kasihan sedikitpun belas kasihan? UNTUK perempuan, dia memberi pelajaran kepada perempuan seperti lelaki. "Sayang, kenapa diam saja?" Aylin terlonjak kaget pertanyaan kala itu meluncur dari bibir Aylin. Sejujurnya dia mulai menantang pada El, pria itu sama seperti monster untuk Aylin. "Aku--" "Kamu jangan takut lagi sama perempuan b******k tadi, nanti aku harus bikin pelajaran sama dia, itupun kalau dia masih hidup" seringai Abdiel semakin membuat wajah Aylin pucat pasih, beruntungnya El tak melihat karena sudah pernah cadarnya. "Kenapa kamu hanya menangis? Setahuku Aylinku gadis yang kuat, Aylinku akan membrantas kejahatan, Aylinku bagai matahari" Abdiel mencoba memandang Aylin yang duduk di kursi belakang. "Ada kalanya seseorang dalam masa yang lemah. Kau tidak akan mengerti bagaimana ..." Aylin menolak mengatakan kala mengingat Abdiel akan menamuk lagi saat dia mengatakan sulitnya hati "Sa ... Apa sayang?" tanya El lagi lagi buat Aylin senang. "Kapan kau berhenti memanggilku sayang, itu menganggu," ujar Aylin mengalihkan pembicaran. "Memangnya kenapa? Salah kalo aku manggil kamu sayang?" Abdiel bersuara santai. "Kata ustad yang aku dengar Melafadzkan kata sayang itu haram dilafazkan kepada bukan muhrim ... melafadzkan kata sayang, hanya boleh di lafazkan kepada Allah dan Rasul, untuk anak kandung, ibu, ayah, perempuan ke perempuan dan guru kemurid yang belum baligh," balas Aylin memberikan penjelasan. "Bagaimana kalau suami ke istri?" tanya El sambil menatap Aylin yang tengah menunduk. Dia sebenarnya masih kesulitan dan terus membahas tentang perempuan tadi. Sebisa mungkin dia mengalihkan pikirannya. "Sa ... Aylin bagaimana kalau suami ke istri?" ulang El pada Aylin yang masih menunduk "Eh ... Emm ... Setauku itu baik bahkan harus mendapat pahala," jawab Aylin pelan-pelan tetap dengan menunduk. "Kalau begitu, aku ingin kita menikah," ucap El dengan senyuman manisnya. "Ap ... Apa ??" aylin menatap El horor, dengan cerianya lelaki ini mengundang menikah, lupakah dia dengan gadis yang entah bagaimana bertanya padanya sekarang karena ulahnya. Sebenarnya senyum di bibir El semakin membuat hati Aylin takut, pria ini pcycopath kah ?? "Iya menikah, aku ingin kita menikah. Kamu mau kan menikah denganku ??" El menatap Aylin penuh harap. "Kemana kamu akan membawaku? Ini bukan jalan ke rumahku dan kurasa kita sudah cukup lama berada di dalam mobil ini." Aylin kembali dipindahkan pembicaraan. Abdiel yang menyadari akan hal itu tampak kecewa ke Aylin. Dia pikir Aylin mau menikah. Dan sudah melupakan pria itu. Melupakan kekecewaannya dia kembali tersenyum ke Aylin "kembali lagi kita sampai" Abdiel kembali menatap jalan di puas dengan sendu. Lagi lagi keheningan menerpa mobil ini. Sekitar setengah jam mereka sampai entah di mana, Aylin yang seolah-olah tidak langsung, pikirannya terus berputar tentang "bagaimana keadaan gadis tadi? Apa dia selamat? Atau ... Sudah meninggal?" "Katakan ... Ehm, Ay lihat" ucap El sambil memandang Aylin yang menunduk. Mendengar kata El, Aylin bagai makhluk hidup yang dia pegang dan terkesikap seketika. Otaknya masih tak percaya akan apa yang sedang dilihatnya sekarang. "El ... Ini?" Aylin bersuara tak percaya. "Semuanya untukmu, demi kamu, dan hanya kamu."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN