Author's POV
Flashback.
Bel pulang sekolah berbunyi, para murid menyambut suara bel itu dengan penuh sukacita. Seorang cowok keluar dari kelasnya dengan senyum mengembang. Dia berlari menyusuri koridor sekolah yang ramai dengan semangat.
Cowok itu berlari menuju parkiran dengan terburu untuk mengambil sepeda motornya.
"Ah? Yah," dia kecewa saat melihat sepeda motornya berada si barisan depan dan tidak bisa dikeluarkan karena sepeda motor lain menghalangi.
Dia pun menghela napas dan pergi menyingkir untuk sementara. Menunggu dengan sabar agar pemilik sepeda motor di belakangnya datang dan mengambil sepeda motor mereka.
Cowok itu mengeluarkan handphone miliknya dan seketika tekukan kekesalan di wajahnya sirna saat dia melihat foto seorang cewek di handphone itu.
"Aku sayang kamu," katanya sembari senyum-senyum sendiri.
Cowok itu terus menatap foto itu, seolah tidak ada rasa bosan yang hinggap di hatinya saat dia melakukan itu. Dia begitu menyukai cewek itu. Terlalu menyukainya.
Tiba-tiba handphone itu berdering, tanpa menunggu lama cowok itu menerima panggilan yang masuk itu. Dia tidak mau membuat si pemanggil menunggu lama.
"Halo?"
"Halo?" suara diseberang sana menyahut.
"Sayang, ada dimana?" tanya suara di seberang sana lagi.
"Aku di sekolah, baru saja pulang. Kenapa?" jawab cowok itu balas mengajukan pertanyaan.
"Jemput aku, dong!" pinta suara di seberang sana dengan manja.
"Eh? Bukannya kamu nggak pernah mau aku jemput ya?" tanya cowok itu heran.
"Nggak mau nih? Padahal kita udah pacaran delapan bulan, lho!" suara di seberang sana tampaknya kecewa.
"Heh? Ng-nggak, maksudku bukan kayak gitu. Maaf, deh! Oke, aku jemput ya?" kata cowok itu rada panik.
Terdengar suara tawa di seberang sana, sepertinya dia bahagia.
"Makasih, sayang! Aku tunggu ya!"
"Oke,"
Tut.. Tut.. Tut...
Panggilan berakhir.
Cowok itu bergegas menutup teleponnya dan segera berupaya mengeluarkan sepeda motornya dari parkiran walaupun butuh perjuangan.
Akhirnya, sepeda motornya berhasil keluar dan dia dengan segera melajukan sepeda motornya menuju sekolah cewek yang menelponnya tadi. Mereka berpacaran walaupun berbeda sekolah dan ini akan menjadi pertama kalinya dia menjemput cewek itu di sekolahnya setelah selama 8 bulan pacaran.
Blash. Duk. Duk.
Sepeda motor cowok itu sedikit oleng setelah terdengar suara letusan yang cukup keras. Cowok itu terpaksa menepi dan menghentikan sepeda motornya. Dia memarkirkan kendaraannya dan memeriksa keadaan sepeda motornya yang dirasa aneh.
"Yah, bannya bocor!" keluhnya saat melihat ban belakang sepeda motornya yang kempos total.
"Perlu ditambal, nih!" gumamnya.
Cowok itu pun hanya menghela napas panjang lalu mulai menuntun motornya untuk mencari bengkel terdekat. Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya dia menemukannya. Cowok itu begitu bahagia.
Setelah sepeda motornya diperbaiki, dia pun segera melajukan motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi untuk bisa mengejar waktu. Sepertinya dia menyadari kalau dia sudah sangat terlambat untuk menjemput pacarnya.
Cowok itu hampir tiba di depan pintu gerbang sekolah pacarnya tetapi dia berhenti lebih cepat saat handphone miliknya kembali bergetar.
Dia pun menerima panggilan yang masuk karena sejujurnya panggilan itu sudah sejak tadi.
"Halo?"
"Halo? Sayang, lama banget! Nggak usah jemput deh ya, aku udah dijemput mama!" katanya.
"Heh? Tapi aku-,"
"Nggak usah! Pulang aja ya! Dah!" potong cewek itu cepat lalu panggilan diputus.
Cowok itu menghela napas berat. Raut wajahnya menampakkan kekecewaan.
"Gara-gara kamu nih!" omelnya pada sepeda motor bebeknya.
Dia menghela napas panjang dan berat. Ditengoknya kiri-kanan, mencoba cuci mata untuk menghilangkan kekesalan sebelum pergi.
Tiba-tiba matanya menangkap sebuah pemandangan indah yang membuat senyuman di bibirnya.
"Sayang," ucapnya girang.
Dia tersenyum lebar menutup seorang cewek yang keluar dari pintu gerbang. Cewek itu melambaikan tangannya saat melihat seseorang.
"Mamanya udah dateng," ucap cowok itu lagi.
Deg!
Hatinya kecewa saat yang menghampiri cewek itu bukan seorang wanita melainkan seorang cowok yang seumuran dengannya. Cowok itu memakai seragam dan itu membuatnya seketika menjadi berpraduga.
"Ah, nggak mungkin! Sonya nggak gitu!" katanya meyakinkan diri sendiri.
Cewek dan cowok itu pun berboncengan. Entah apa yang membuatnya menjadi begitu penasaran, dia pun mengikuti mereka. Dia terus mengikutinya hingga mereka berhenti di sebuah taman.
Mereka turun, berjalan bersama dan bergandengan tangan. Cowok itu menjadi kesal. Dia pun memutuskan untuk menghampiri cewek itu saat cowok di dekatnya pergi ke toilet.
"Sonya," panggilnya.
Sonya tampak kaget dan berusaha memberikan alasan.
"Dia siapa?" tanya cowok itu.
"Dia itu, hm," Sonya tampak kebingungan.
"Teman! Ya, dia itu teman, kok!" jawabnya tergugup.
"Teman? Kok pulang sama dia? Katanya sama mama? Mamamu cowok?" sindir cowok itu.
"Eh? Ng-nggak! Mama nggak bisa jemput jadi,"
"Kenapa nggak nelpon aku?" tanya cowok itu mulai marah.
"Hm," Sonya kehilangan kata-kata.
"Sayang, dia siapa?" Cowok yang bareng Sonya kembali dan tampak bingung saat melihat cowok asing menatap marah pada Sonya.
"Aku pacarnya," jawab cowok itu tegas.
"Pacar? Aku yang pacarnya," sanggah cowok itu tidak mau kalah.
"Aku udah jadian 8 bulan," balas cowok itu.
"Aku udah setahun, bro!" ujar cowok itu sambil tersenyum mengejek.
"Eh?"
Cowok itu kaget dan menoleh pada Sonya.
"Maaf, Angga! Aku jadian sama kamu biar nilaiku meningkat!" kata Sonya merasa bersalah.
"Kamu pacaran sama aku cuma buat apa?" tanya Angga dengan perasaan kesal dan tidak percaya.
"Maaf," ujar Sonya sambil tertunduk.
"Terus kenapa kamu terima aku?" tanya Angga kesal.
"Aku nggak enak, aku kasihan sama kamu soalnya kamu selalu ngerjain tugas skolahku tiap hari. Jadi," Sonya menundukkan kepalanya. "Aku minta maaf,"
Angga meninju udara di sekitarnya.
"Kamu menyebalkan!" dengus Angga kesal.
"Sabar, bro! Sonya emang cintanya sama aku doang, kok! Haha,"
Angga maju dan mencengkram kerah cowok itu.
"Kamu udah dikhianatin dan masih bisa ketawa? Kamu emang punya selera rendah!"
Angga melepas cengkeramannya dan beralih pada Sonya.
"Kita putus dan aku nggak mau liat mukamu lagi," ujar Angga lalu pergi.
Angga tertunduk di meja belajarnya, kenangan pahit itu kembali dan itu membuat hatinya sakit.
Tiba-tiba handphonenya berdering, telepon masuk.
"Halo, mas Angga!" suara di seberang sana terdengar dan dia mengenali suara itu.
"Ho? Apa, Alka?" sahutnya.
"Mas serius mau PDKT sama sahabatku?" tanya Alka.
Angga terdiam. Dia sedang memikirkan sesuatu.
"Mas mau nanya dulu, boleh?" jawab Angga balik nanya.
"Boleh, nanya apa?" tanya Alka.
"Si Alfa itu, siapanya Ina?" tanya Angga.
"Ah, dia cuma cowok BBF! Nggak usah dipikirin! Dia suka bikin Ina baper terus ditolak!" jawab Alka sebel.
Angga terdiam.
"Terus, gimana mas?" tanya Alka lagi.
"Aku tertarik kayaknya," jawab Angga.
"Tertarik? Sama siapa?" tanya Alka bingung.
"Yaudah, Ka. Bye!"
"Eh? Mas, be-,"
Tut.. Tutt.. Tutt..
Panggilan terputus.
Angga meletakkan handphonenya lalu tersenyum penuh arti.
"Ina, Kamu cewek setia kan?" ucapnya dengan sebuah senyuman penuh misteri.